"Tidak, Ghea. Sofia tidak boleh tahu."
Perlahan-lahan alvin bangun dari ranjang. Suster Ghea bergegas membantunya. Membawakan tiang infus. Calvin memiliki benda kesayangan di paviliun tempatnya dirawat: piano. Ketika harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit, Calvin meminta Suster Ghea membawakan piano kesayangannya. Setelah berbagai kompromi, akhirnya pihak rumah sakit membolehkan piano itu dibawa ke paviliun. Selama Calvin sakit, piano itulah yang setia menemaninya. Menjadi media katarsisnya saat ia sedih, kesepian, dan kesakitan.
Calvin memainkan piano. Membawakan lagu yang representatif dengan isi hatinya. Lirik-liriknya ia nyanyikan dari hati terdalam.
Ku selalu menunggu
Meski itu bodoh untukku
Tak perlu kau ragu panjangnya sabarku
Tak putus ku meminta
Tuhan jadikan dia cintaku
Cinta mati selamanya
Berdua sampai akhir
Dan inilah hatiku