"Wait...tadi kamu cari siapa?"
"Calvin Wan. Penyanyi cafe di sini."
Senyuman Suster Ghea memudar. Binar bahagia di mata beningnya meredup.
"Dari mana kamu tahu kalau Calvin itu penyanyi cafe?" tanyanya.
Sebagai jawaban, Sofia menunjukkan surat Calvin. Mata Suster Ghea bergulir cepat membaca surat itu. Raut wajahnya berubah sendu. Ditariknya tangan Sofia meninggalkan cafe itu.
"Calvin bukan penyanyi cafe," ujarnya.
"Apa? Lalu..."
"Ikut aku."
** Â Â Â Â
Sofia berlutut. Air matanya mengalir tanpa henti. Satu-dua bulir air mata jatuh tepat ke atas makam di depannya.
Tubuh Sofia gemetar hebat. Untuk kesekian kali dalam hidupnya, Sofia menangis. Menangis lantaran kehilangan seseorang yang sangat berarti.