Zonasi, dengan menempatkan prioritas pada jarak tempat tinggal, perlahan-lahan membunuh semangat kompetisi yang seharusnya menjadi landasan bagi sistem pendidikan yang berkualitas.
Dalam meritokrasi, siswa yang berprestasi mendapatkan penghargaan atas usaha dan kerja keras mereka.Â
Mereka yang telah berjuang keras di sekolah, meraih nilai yang tinggi, dan menunjukkan keunggulan dalam berbagai bidang akademik maupun non-akademik, seharusnya memiliki kesempatan untuk diterima di sekolah-sekolah terbaik.Â
Namun, dengan sistem zonasi, nilai prestasi tidak lagi menjadi faktor utama dalam penerimaan. Ini menciptakan rasa ketidakadilan bagi siswa yang berprestasi, tetapi tinggal di luar zona sekolah favorit.Â
Mereka tidak lagi mendapatkan tempat yang layak berdasarkan capaian mereka, melainkan terhalang oleh aturan jarak geografis.
Zonasi, meskipun dimaksudkan untuk keadilan, justru menghapus kesempatan bagi siswa-siswa berprestasi untuk bersaing secara adil. Ini adalah penghapusan meritokrasi dalam bentuk yang paling jelas. Ketika siswa yang bekerja keras tidak bisa masuk ke sekolah yang mereka inginkan karena faktor zona, maka mereka kehilangan motivasi untuk berprestasi. Kenapa harus berusaha keras jika pada akhirnya jarak rumah yang menjadi penentu?
Dilema antara keadilan sosial dan meritokrasi ini tentu tidak sederhana. Apakah benar zonasi sepenuhnya salah? Tentu saja tidak.Â
Zonasi diciptakan untuk mengatasi ketidakadilan yang sudah lama ada dalam sistem pendidikan Indonesia, di mana sekolah-sekolah unggulan hanya diisi oleh siswa dari kalangan menengah ke atas yang memiliki akses lebih baik ke pendidikan berkualitas sejak dini.Â
Zonasi berusaha memastikan bahwa siswa dari berbagai latar belakang, termasuk mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu, dapat mengakses pendidikan yang setara.Â
Namun, di sisi lain, zonasi yang terlalu ketat tanpa mempertimbangkan prestasi akademik secara wajar akan menimbulkan masalah baru: melemahkan semangat kompetisi.
Adakah jalan tengah yang dapat ditemukan? Salah satu solusi yang mungkin adalah penggabungan antara sistem zonasi dan sistem meritokrasi. Zonasi tetap dapat diterapkan, tetapi dengan porsi yang seimbang.Â