Mohon tunggu...
Kundiharto
Kundiharto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Psychology Student

Deep interest in the fields of Information Technology, Psychology, Marketing, Management, and Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Zonasi, Ketimpangan Pendidikan di Balik Kebijakan Pemerataan

10 Oktober 2024   20:31 Diperbarui: 10 Oktober 2024   20:31 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zonasi tanpa perbaikan infrastruktur hanyalah kebijakan kosong yang tidak akan pernah mampu menciptakan keadilan yang sebenarnya.

Eksklusi Ekonomi: Zonasi yang Justru Menindas Kaum Lemah

Sistem zonasi yang pada awalnya dirancang untuk menciptakan akses yang lebih adil bagi semua siswa, ironisnya, malah semakin menekan siswa-siswa dari keluarga miskin. 

Kebijakan ini, yang seharusnya memudahkan mereka bersekolah di dekat rumah tanpa perlu bersaing ketat dengan siswa dari kalangan lebih mampu, kini justru membuat mereka harus menghadapi kenyataan pahit: jarak sekolah yang jauh dan biaya transportasi yang membengkak. 

Zonasi, yang diharapkan menjadi jawaban bagi kesetaraan pendidikan, telah berubah menjadi beban yang semakin memperberat langkah anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Bayangkan anak dari keluarga miskin yang tinggal di wilayah pinggiran atau perbatasan zona. 

Karena penetapan zona yang tidak selalu mempertimbangkan kondisi geografis secara optimal, siswa tersebut terpaksa harus menempuh perjalanan jauh untuk mencapai sekolah. 

Dalam beberapa kasus, sekolah yang lebih dekat tidak termasuk dalam zonanya, sehingga anak ini harus bersekolah di sekolah yang lebih jauh, mengeluarkan biaya transportasi yang besar setiap hari---biaya yang bagi sebagian besar keluarga miskin merupakan pengeluaran yang tidak bisa mereka tanggung dengan mudah.

Ironi dari kebijakan zonasi ini sungguh menyakitkan. Kebijakan yang seharusnya memperpendek jarak antara anak dan sekolah, justru memperlebar jurang kesenjangan ekonomi. 

Bukannya mendapatkan kemudahan, siswa dari keluarga miskin terpaksa menempuh jarak lebih jauh dan mengeluarkan biaya lebih besar, sementara siswa dari keluarga yang lebih mampu dapat "membeli" jalan mereka ke sekolah-sekolah unggulan. 

Bahkan dalam beberapa kasus, praktik jual beli kursi di sekolah favorit memungkinkan siswa dari keluarga kaya untuk mengakses fasilitas pendidikan yang lebih baik tanpa harus memikirkan zonasi.

Saya teringat kisah salah seorang siswa di daerah pinggiran yang saya baca di media beberapa waktu lalu. Dia tinggal di perbatasan dua zona dan terpaksa bersekolah di sekolah yang jauh dari rumahnya, meskipun ada sekolah lain yang lebih dekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun