"Premankan juga manusia, Ris. Punya hati dan punya rasa. Siapa suruh pangeran sombong itu ngatain Shiro oon." jawab Aya cemberut sambil mengelus pundaknya yang tadi di pukul Riska.
Riska tampak kaget,
"Pangeran Ivan bilang begitu?"
"Yahh... nggak begitu-begitu juga sih" Aya menatap Riska sambil tersenyum dengan tampang bersalah, "Hanya persis sediiikiiiitt"
"Yeee.. itu sama saja bohong !" kata Riska jengkel.
Wajah Aya tampak manyun,
"Lo kan tahu sendiri, Ris, gimana perasaanku bila ada orang yang menghina keluargaku. Aku tidak akan membiarkan mereka lolos tanpa merasakan tinjuku."
"Oke... oke... aku mengerti. Tapi sekarang jadi beginikan masalahnya!" kata Riska jengkel. " Masalah lo tentang uang sekolah saja belom selesai. Sekarang pake lo tambahin lagi ama masalah besar kayak begini! Astaga, Aayy" seru Riska putus asa.
Aya menundukan kepalanya dengan wajah lesu. Apa yang dikatakan oleh Riska ada benarnya. Wajahnya terlihat bertambah sedih.
Riska menatap sahabatnya itu dengan ekspresi bersalah. Ia merasa sedikit keterlaluan.
"Maafin aku ya, Ay. Aku ndak bermaksud membuatmu bertambah sedih." katanya.