"Apa?!" Ia tertawa tak percaya menatap Ivan, " Hei.. aku juga tidak tertarik untuk menikah denganmu!"
Ivan tersenyum kecil,
"Sayang sekali. Apa kau tidak tahu, bahwa berdasarkan survey terakhir di salah satu majalah remaja terkemuka di negara kita, Â aku terpilih sebagai kandidat utama calon suami idaman para gadis?"
Erick mendengus tak percaya dengan apa yang didengarnya. Kedua pemuda itu berpandangan. Akhirnya mereka berdua sama-sama tertawa. Ketika itulah Pak Harun mengetuk pintu dan masuk.
"Maafkan saya, Yang Mulia Pangeran. Tapi sudah saatnya Yang Mulia Pangeran menghadiri pertemuan bersama dengan Tuanku Yang Mulia dan Menteri Kebudayaan." kata Pak Harun menunduk hormat.
Ivan menghela nafas tak kentara.
"Baiklah, Pak Harun" jawabnya. Ivan kemudian menatap Erick, "Sorry, Bro. It's time for me to go"
Erick mengangguk,
"That's okay. Nanti malam aku akan mencarimu lagi."
Ivan lalu meletakan bola yang dipegangnya di atas meja dan merapikan jasnya.
"Jangan lupa. Sebelum pulang temui terlebih dahulu Puanku Yang Mulia. Beliau menanyakanmu."