ErIck hanya bisa menghela nafas pasrah sambil geleng-geleng kepala.
Aya menatap Erick dengan ekspresi ragu,
"Kalau boleh saya bertanya, kenapa Senior mau membantu saya ? Kita kan tidak saling kenal ?"
Erick bersandar santai menatap Aya,
"Siapa yang tidak kenal dengan Ayamari Azayaka ! Juara lomba matematika antar SMU !" kata Erick meniru ucapan Riska.
 "Hah ?" Aya terlihat bingung.
Tiba-tiba Aya teringat pembicaraannya dengan Riska kemarin di gedung ini.
"Kemaren Senior mendengarkan pembicaraan kami ya ?" tanya Aya.
"Dengan tangis sekeras itu, aku rasa orang tuli pun akan sanggup mendengarnya" jawab Erick santai.
Erick lalu menyambar teh kotak yang ada di sampingnya.
"Lalu apa alasan Senior menolong saya ?" tanya Aya penasaran.