Saat kenaikan kelas 3 SD, kami sekeluarga harus pindah ke kota kecil berlainan pulau karena pekerjaan papa. Nilai rapot saya masih banyak tinta merah tetapi, mama tidak ada waktu untuk marah ke dokter seperti tahun lalu.Â
Setahun di kota itu kembali papa harus bekerja di ibukota. Rumah kami pun jauh dari tempat praktek dokter.
MENOLONG MAKHLUK TAK BERDAYA
Mama sangat khawatir saya tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah sehingga memasukkan saya ke tempat les.
Bagian terbaik dari kembali ke kota ini adalah punya teman les yang orang tua tidak mau anaknya keluar rumah sehingga teman satu grup diajak belajar ke rumahnya.
Jumlah satu grup hanya 5 orang. Seminggu 2x kami belajar ke rumahnya. Setiap les selalu disediakan banyak makanan untuk kami makan kapan saja.Â
Bagian yang paling menarik dari rumahnya adalah anjing berbulu putih tebal seperti domba tanpa ekor dan kehilangan 1 kaki di depan.
Anjing itu dengan setia menemani kami belajar dengan tidur di samping majikan.
Masa lalu anjing itu sangat menarik karena 2 tahun lalu merupakan korban tabrak lari entah disengaja atau tidak. Bapak teman saya itu tentara. Suatu hari dalam perjalanan pulang ke rumah melihat ada anak anjing berlumuran darah berbaring di tengah jalan. Tanpa buang waktu, anjing itu diangkat lalu dibawa ke dokter hewan.Â
Singkat cerita kaki harus dipotong supaya dia hidup. Ekor yang berlumuran darah diobati. Sepertinya ada yang sengaja memotong.Â
Bapaknya pun memutuskan untuk pelihara. Anjing yang buruk rupa penuh kudis koreng dan pincang setelah dirawat dengan baik oleh mereka bisa tumbuh kekar dan berbulu tebal lembut.Â