Saya masih ingat waktu liburan kenaikan kelas 3 SD, ada segerombolan anak laki bermain dengan sangat seru di tanah kosong yang tidak jauh dari tempat praktek dokter. Rumah tempat praktek dokter bisa terlihat dengan sangat jelas dari setiap sudut tanah kosong.
Saya setelah bangun tidur siang selalu seorang diri berdiri atau jongkok di pinggir menonton mereka. Suatu hari entah kenapa saya berteriak minta diajak main. Tanpa basa-basi langsung mereka menerima saya ikut bermain perang-perangan.Â
Di luar dugaan ternyata saya bisa berlari sambil menyikut atau mendorong secepat mereka hingga permainan berakhir menjelang magrib. Setelah itu saya menjadi anggota tetap.Â
Tetapi, di sisi lain muncul masalah tidak terduga. Kulit dagu, lutut, sikut dan lainnya sobek akibat terjatuh tersandung sendal sendiri dan lainnya.
"Ini pasti perih!"kata dokter ketika mau mengobati luka saya. "Perih itu apa?" tanya saya. Dokter menjawab,"tahan!" Kapas berisi obat luka langsung ditaruh ke atas kulit yang terbuka dan saya pun menjerit keras,"periiiiih!!"
Hari berikut, saya membuat dokter geleng-geleng kepala.Â
"Ini anak perempuan main melebihi 2 anak laki saya!!" "Ini pasti habis main perang-perangan lagi di lapangan dengan anak laki semua!" "Kamu ini anak perempuan! Ini korengan sana-sini. Ini luka masih basah udah ditambah lagi! Ini bonyok!!"
Mengetahui kulit saya bisa bonyok seperti pisang langsung mata saya berkaca-kaca mau menangis karena terpikir nanti harus dibuang ke tempat sampah.
Dokter seperti biasa saat melihat itu akan berkata,"udah ga usah takut. Kamu ga apa-apa." Dokter selalu tahu waktu saya merasa takut dan mau menangis.
Suatu hari saat sedang seru bermain mendadak terdengar suara berteriak, "ada dokter datang!" Semua langsung berhenti dan berebut beri salam cium tangan dokter.
Dokter waktu didatangi saya berkata pelan,"kamu lihat badan kamu paling kecil sendiri."Â