Semua yang dokter katakan menjadi kenyataan. Saya pun kesulitan mengatur waktu untuk pergi berobat ke dokter Widhodho saat sakit.Â
TETANGGA
"Kamu gak salah ingat?! Ini resep aneh!! Baru kali ini saya nulis resep begini aneh. Ini karena saya tahu sekali dokter Widhodho tidak pernah salah maka mau ikuti kamu," kata alm. tetangga ketika pertama kali didatangi saya untuk berobat.
Di luar dugaan mereka pernah bekerja di rumah sakit pemerintah yang sama dan almarhum kenal baik dokter Widhodho.
Almarhum kaget bukan main ketika saya datang untuk berobat karena mengira saya yang paling sehat di rumah. Kekagetan semakin menjadi saat tahu dokter Widhodho masih mau menerima saya dan memberi resep yang sangat aneh.Â
"Coba dulu pakai itu, dok! Nanti kalau saya tidak sembuh baru pakai resep dokter dan saya cari waktu menemui dokter Widhodho di rumahnya untuk bilang ada yang salah dengan ingatan saya," pinta saya.Â
Almarhum mengabulkan permintaan saya karena penasaran. Ternyata saya sembuh dengan sempurna dan almarhum membiarkan sampai tiga kali pakai resep itu kemudian perlahan menganti. Bila timbul masalah, saya boleh datang kapan saja ke rumah untuk tukar obat. Sejak itu saya menjadi pasiennya.
Tahun berlalu dan wajah beliau suatu hari terlihat sangat lesu. Tangannya mengenggam kalung rosario. Agama kami sama sehingga saya tahu beliau sedang menghadapi pergumulan yang besar. Meski begitu saya tidak berani bertanya karena saat tahu pun tidak bisa menolong. Dengan diam saya berdoa supaya selain Tuhan, kedua anak beliau yang juga dokter bisa membuatnya sehat seperti dahulu.
Tidak sampai setahun, beliau meninggal. Dokter yang hingga akhir hidup memikirkan kondisi kesehatan mama.
MERANA
"Dengar baik-baik! Rumah sakit yang kamu minta dirujuk itu bagi dokter-dokter merupakan rumah sakit yang sangat merana!" seru dokter muda ketika saya meminta untuk dirujuk ke rumah sakit pemerintah dekat rumah dokter.