Mohon tunggu...
MK
MK Mohon Tunggu... Freelancer - Cahaya Bintang

Saat diri dapat katakan CUKUP di saat itu dengan mudah diri ini untuk BERBAGI kepada sesama:)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

PERCAYA

28 Maret 2023   17:51 Diperbarui: 27 Juni 2023   20:38 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perasaan aneh itu ditambah tidak memiliki cerita yang cocok untuk diceritakan ke dokter selalu membatalkan niat saya untuk berkunjung. 

Kata teman gereja di pertengahan tahun 2020, dokter sudah sepuh sehingga tidak praktek lagi dan lebih banyak di dalam rumah. Saya pun berharap dokter yang tidak sering bertemu orang bisa terus baik-baik saja. Tetapi, berkaca pada kondisi diri sendiri mendadak putus harapan. 

Saya sungguh luar biasa mengkhawatirkan dokter daripada mama yang ada di depan mata saat terkena covid-19. Dan terpikir bila dokter sampai kena, saya mau sekalian merawat dokter juga di rumah.  Saya tidak peduli menjadi gemuk karena hanya bisa banyak makan dan memiliki lingkaran mata yang bonyok karena sangat minim tidur karena dokter sangat berarti bagi saya.

Doa pun menjadi berantakan. Entah kenapa merasa lebih perlu doa minta perlindungan daripada sehat dan bahagia. Saya pun berjanji pada diri sendiri untuk tidak melewatkan satu hari pun untuk pergi menemui dokter, setelah semua masalah di hidup bisa dikontrol.

Lagipula, saya sudah memiliki banyak cerita yang sangat cocok diceritakan dan ditambah dengan mengenang masa lalu yang sangat mengemaskan, saya yakin sekali saat bertemu pasti hanya ada tawa gembira di antara kita.

HAK

"Dek, bangun dek..." Terdengar suara perempuan memanggil saya bangun. Kemudian diikuti suara dokter memanggil nama saya menyuruh bangun.

Sewaktu membuka mata, dokter membelai kening saya dan berkata, "kamu pasti ngantuk sekali tetapi, ranjang ini hak kakakmu dan orang sakit yang lain bukan orang sehat seperti kamu. Ayo, bangun dan pindah tidur di kursi."

Dokter menyuruh saya untuk merapikan tempat tidur dan berpesan ke suster untuk membiarkan hasilnya yang nanti berantakan.

Saya tidak ingat kelas berapa waktu kakak tiba-tiba disuruh operasi usus buntu. Sepulang sekolah tiba-tiba diajak mama ke rumah sakit swasta tempat dokter bekerja.

Dalam kamar hanya ada ranjang tinggi yang kosong. Mama menyuruh saya ganti baju lalu cuci kaki dan tangan. Tak lama, saya dipesan untuk tunggu di kamar dan disuruh tidur di ranjang kalau saya ngatuk. Begitu mama pergi mengurus kakak, saya segera menarik kursi untuk naik ke atas ranjang dan tidur. 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun