Lalu dia memilih album Elvis Preslley, Be Bob A Lula mengalun. Rina memperlihatkan gerakan rock n roll. Saya mencoba mengikuti.
“ Anak-anak Ursula suka Elvis,” cetus Rina sambil memperlihatkan gerakan energik.
Mau tak mau saya mengikuti. Not Bad! Rina bertepuk tangan.
Lalu kami mengobrol soal sekolah masing-masing. Rina ceritanya di sekolahnya suka ada pemutaran film tiap Jum’at. Dia juga pernah ikut 17 Agustusan di Istana Merdeka dan dapat minuman limun. Saya hanya cerita soal Soekarno sekadarnya dan dari cerita Papa dan Mamanya, soal guru di sekolahnya yang paling ia suka guru sejarah dan yang ia paling sebal guru olahraga.
Tahu-tahu saya mengantuk, mungkin karena lelah. Rina tahu dan mengantarkannya ke kamarnya. Rina juga mengantuk dan mereka tidur bersama. “Ya, kita tidur siang dahulu. Mungkin nanti malam Mama kamu menjemput.”
***
“Dinda! Ngapain kamu tidur di kamar nenek!” sapa Mamanya.
Dinda mengusap matanya. Tidak ada Rina di sebelah Mamanya.
“Kamar nenek?”
Saya menoleh ke samping, astaga saya tidur di tempat tidur yang spreinya sudah lama tak diganti dan berdebu. Perasaan saya spreinya wangi dan masih baru.
“ Iya, Ibu dari Papa kamu tidur di sini waktu dia sekolah, sebelum pindah ke Bandung ikut kakaknya!”