Mati saya.
“Ala, Bibik nakut-nakutin saja! Masih percaya hantu. Biasa kok anak-anak punya teman khayal. Papanya juga cerita dulu ibunya juga pernah teman khayal cewek sebaya..Tetapi lambat laun hilang, karena sering ditinggal sendiri! Mulai sekarang kalau Dinda keluar kamar mandi, kamu periksa Bik, apa sudah dimatikan kerannya atau belum!”
Oh, My God! Pertama saya terdampar pada 1959. Kini saya dituduh berdansa dengan hantu atau sosok nenek waktu umur 13 tahun yang datang ke masa saya.Tak seorang pun melihat saya di tahun 1959 dan tak seorang pun di tahun sekarang yang bisa melihat Rina atau nenek, karena kami tetap milik ruang dan waktu masing-masing. Hebat, ya khayalan anak umur 13 tahun yang sering nonton film fantasi fiksi ilmiah dan buku sejarah.
Kemudian Papa datang. Kami makan malam bersama.
“Kata Mama kamu mau bertemu nenek?”
Saya mengangguk.
Saya melihat Mama melihat Papa. Seperti ada sesuatu mereka sembunyikan.
“Sudah saatnya Eva. Etek menelepon kantor bahwa Mama ingin ketemu kita.Sudah tak ada masalah. Terutama dia ingin bertemu cucunya!”
“Jadi Papa dan Mama mau libur bersama Dinda walau tinggal beberapa hari lagi!”
“Rabu, Kamis, Jum’at, pulang Sabtu. Minggu istirahat dan Senin bisa segar di sekolah dan tidak cemberut lagi!” kata Mamanya.
“Mama atau Papa yang marah sama Nenek? Atau Nenek yang marahan sama Papa dan Mama?”