Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Galeri 9: Rumah Tua

30 Mei 2016   19:37 Diperbarui: 30 Mei 2016   19:49 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Kan libur?”

“ Bolos kali! Hari ini Selasa tahu” Rinayanti senyum.”Enak ya sekolah negeri bisa bolos. Kalau di Santa Ursula telat sudah suruh menghadap Muder!1”

Kepala saya makin dipenuhi tanda tanya. Komplotan mana nih yang bikin rekayasa? Mungkin orangtua dan teman-teman ingin bikin surprise menjelang ulang tahun saya ke 14 Agustus mendatang. Mereka semua tahu saya mendapatkan nilai nyaris sempurna untuk mata pelajaran sejarah. Tetapi Rinayanti mengucapkan tidak seperti akting. Itu artinya Rina benar-benar baru pulang dari sekolah.

“Yuuk, bonceng!” tahu-tahu Rina sudah menaiki sepedanya. Ada lampu di depannya. Tidak seperti sepeda yang dikenalnya.

Dengan rasa heran bercampur ingin tahu saya membonceng sepeda onthel itu. Seingat saya sepeda itu memang ada di garasi. Kata Papa peninggalan keluarganya dulu. Sepeda itu penuh debu. Tapi kini mengkilat dan tampak baru. Kami menelusuri jalanan yang setahu saya ramai. Tetapi kok tampak sepi dan lebih asri.

“Rumah ditinggal?” tanya saya kahwatir.

“ Ada bibik di dalam. Kakak-kakak saya juga nanti pulang,” kata Rina. “Kamu belum makan, kan? Saya juga. Mau nyobain makan bakmi di Gang Kelinci? Enak? Anak-anak Santa Ursula suka makan di sana.”

Bakmi Gang Kelinci? Saya pernah mencobanya sekali. Itu dibawakan Papa. Rasanya enak sekali. Perjalanan ke Pasarbaru tidak melalui banyak gedung bertingkat. Bahkan tak ada gedung BBD yang harusnya ada di Ujung Jalan Imam Bonjol. Menteng planet manakah saya? Tidak ada pos polisi di Taman Surapati. Masa bangunan-bangunan itu musti menghilang hanya untuk mempermainkan seorang Adinda . Rina membawa Dinda melalui Jalan Teuku Umar hingga mereka tiba di warung bakmi yang dimaksud. Sebuah warung bakmi tidak terlalu besar, tetapi ramai.

Rina makan dengan lahap. Di rumah makan itu banyak remaja sebaya mereka. Saya semakin merasa di planet asing melihat ibu muda berkebaya dan laki-laki berpeci makan disana. Sebuah surat kabar tergeletak. Surat kabar masih hitam putih dengan layout berbeda yang pernah dilihatnya. Suluh Indonesia 2 Maret 1959: Ho Chi Minh dapat gelar doctor kehormatan dari Universitas Padjadjaran. ITB diresmikan Bung Karno. Rasanya Adinda mau pingsan? Apa yang bisa diperbuat di tahun 1959? Empat bulan sebelum dekrit menurut pelajaran sejarah.

“Kamu lapar sekali Dinda? Licin mangkok kamu. Mau nambah? Atau mau es campur?”

Dinda menggeleng. Rasa ingin tahunya besar. Matanya terbelalak melihat Rina mengeluarkan satu lembar Rp5 dari tasnya. Wah, setahunya semangkuk bakmi di sini di atas Rp10.000.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun