Sekarang ini guru yang mengajar di kelas Arthur dan teman-temannya sedang ada keperluan, sehingga kelas di tugaskan untuk belajar sendiri yang tidak sedikit orang jadikan kesempatan ini untuk tidur.
Setelah selesai dengan tugasnya Arthur berjalan meninggalkan kelas menuju taman belakang sekolah karena sekolah Arthur yang berada di belakang bukit membuat angin berhembus kencang di taman belakang.
Setelah sampai di belakang sekolah Arthur mendudukan dirinya di sebuah bangku di bawah pohon yang rindang, angin yang berhembus menerpa wajah dan menggugurkan beberapa daun yang membuat Arthur menutup matanya dan merasakan tiupan angin di wajahnya.
Merasa sudah memejamkan mata cukup lama dia membuka kembali matanya. Namun keadaan yang ia lihat saat ini sangatlah berbeda dengan yang ia lihat sebelumnya, tempat yang ia lihat saat ini bukanlah tempat yang asing, tempat yang sebelumnya pernah ia datangi hampir setiap hari dan bisa sampai delapan jam perharinya, tempat ini tempat yang ingin sekali ia lupakan dalam sisa hidupnya.
Seketika rasa takut Arthur kembali menyerang, angin berhembus begitu kencang memaksa Arthur menutup dan menggosok matanya, dan seketika penglihatannya berubah lagi sekarang ia tengah berada di sebuah ruangan yang sangat minim pencahayaan hanya ada satu sumber cahaya diruangan tersebut yang berasal dari sebuah proyektor, proyektor tersebut kini sedang memutar sebuah rol film yang menampakkan seseorang yang Arthur percaya itu adalah dirinya.
Arthur Morgan, seorang anak laki-laki yang berbeda dengan teman sebayanya, ia tidak terlalu pandai dalam olahraga, pendiam, dan anak rumahan yang jarang bermain keluar rumah. Semasa di bangku sekolah ia selalu mendapat panggilan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya, panggilan yang di berikan karena ia lebih senang berteman dengan perempuan, dan itu yang membuat ia malu untuk bergaul dengan orang lain.
Teman laki-laki Arthur dapat dihitung dengan jari. Tetapi diantara semua teman laki-laki tersebut hanya satu yang dapat Arthur percaya, yaitu Raga orang yang pertama kali menyapanya hari pertama masa orientasi siswa di SMP dan selalu membalas perlakuan teman-teman sekelasnya yang selalu merundung Arthur.
"Arthur, kita sekelas loh. Nanti duduk bareng gue ya?" Ucap Raga penuh semangat.
Arthur hanya membalas dengan senyuman disertai anggukan, ia senang karena seperti ada seseorang yang bisa mengerti kekurangannya.
"Orang bisa olahraga atau enggak itu gak nentuin gendernya apa, it's okay kalo kamu gak bisa olahraga, yang penting kamu kuatkan diri kamu disisi yang lain, lakukan apapun yang kamu suka, karena yang paling mengerti kamu adalah diri kamu sendiri." Ujar Raga sambil membantu Arthur.
Arthur yang baru saja dikurung toilet sekolah oleh teman-temannya sehabis pelajaran olahraga langsung dibully habis habisan oleh teman-teman sekelasnya karena Siska dan teman-temannya menyebarkan rumor bahwa Arthur adalah seorang yang mengalami penyimpangan seksual yang membuat Siska menyebar rumor seperti itu karena ia cemburu pada Arthur yang selalu di perhatikan Raga dari pertamakali masuk ke sekolah yang membuat cinta Siska bertepuk sebelah tangan.Â