"Mau kesana?" Tanya Raga sembari menunjuk minimarket tersebut.
Arthur tidak menjawab dia hanya diam mematung melihat sosok yang ada di dalam minimarket tersebut, sosok yang menghantui pikirannya selama beberapa hari terakhir. Raga yang merasa bahwa pertanyaannya tidak di balas oleh Arthur, Raga kemudian ikut menatap kearah objek yang dikiranya sedang di pandang oleh Arthur.
"Ada apa dengan Siska? dia jahatin lo lagi?"
Mendengar ucapan Raga, Arthur hanya menggeleng dan melanjutkan perjalanan pulang karena sang bunda sudah meneleponnya.
Sesampainya dirumah, Arthur mempersilahkan Raga untuk masuk terlebih dahulu untuk sekedar minum dan istirahat setelah adegan lari-larian tadi. Sekarang mereka sedang tiduran di sofa dan lantai ruang keluarga rumah Arthur, tidak ada obrolan sama sekali hanya diam, diam, dan diam seperti kuda. Keduanya fokus pada ponsel masing-masing, sampai tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul lima sore yang artinya Raga harus pulang, sebenarnya Raga masih penasaran tentang kejadian di depan minimarket tadi, tapi Raga membuang jauh jauh pikirannya tentang apa yang di sembunyikan Arthur karena ia yakin bahwa Arthur akan menceritakannya jika dia mau, inilah yang membuat Arthur menganggap Raga sebagai kakaknya sendiri karena Raga tidak pernah memaksa untuk menceritakan apa yang dia alami.
"Udah lumayan sore, gue pulang dulu ya. Makasih atas tumpangan WiFi-nya." Ucap Raga dengan cengiran yang menampakkan deretan giginya.
"Heem, dah balik sana parasit." Ucap Arthur dengan penekanan di akhir kalimatnya.
"Lo ngusir gue? Gue aduin bunda."
"Dasar cepu, dahlah jangan banyak drama, cepet balik gih besok juga ketemu lagi di sekolah." Ujar Arthur dengan mendorong tubuh Raga menuju pintu keluar.
"Arthur, Raga mau kemana?"
"Pulanglah bun, udah sore." Bunda hanya membalas dengan anggukan.
***