"Hmm tapi..."
"Eits, tadi aku bilang apa, gak ada tapi."
Setelah berargumentasi kesana kemari, akhirnya Rhe mengiyakan juga. Mbak Dian memang pantang di tolak. Ada rasa sesal di hati Rhe, bila tahu akhirnya begini, ia tak akan menelpon wanita itu.
Seperti biasa, mbak Dian sedang berada di ruangannya yang nyaman. Tanpa ragu Rhe mengetuk pintu.
"Masuk sayang." teriak mbak Dian semringah.
Namun kali ini mbak Dian tak sendiri, dari ujung matanya Rhe melihat ada seseorang yang tengah duduk santai di sofa yang terletak di sudut ruangan.
"Dicariin fans." Mbak Dian tersenyum lalu meninggalkan ruangan. Rhe menoleh dan kaku di tempat.
"Kakak?"
Wajah Nara terlihat kusut. Ia segera menghampiri Rhe.
"Satu minggu ini perasaan ku tak keruan. Aku telpon, ponsel kamu tidak aktif. Semua yang aku hubungi tidak tahu keberadaan kamu. Saat aku pulang, kamu tidak terlihat di mana pun. Meyda hanya bilang bahwa kamu sedang ada urusan keluarga. Mbak Dian bilang kamu sedang titirah, mana yang benar?"
"Aku..."