***
Gadis berkulit sawo matang itu mengusap goresan luka di lengannya yang telah mengering. Malam ia mendapatkan luka itu adalah malam dimana ia akhirnya memutuskan sebuah hal besar dalam hidupnya.
Baru saja Nara menelepon dan meminta Rhe untuk mengurusi pembukuan yang terbengkalai. Meyda menawarkan diri untuk mengantar namun Rhe menolak dengan halus.
Tak lama berselang, ponselnya berdering. Sebuah nomor tak di kenal muncul di sana. Rhe langsung mengangkat nya tanpa rasa curiga sedikit pun.
"Halo." terdengar suara serak itu.
Jantung Rhe seperti berhenti berdetak.
"Kamu keras kepala juga ya, masih saja berhubungan dengan Nara."
Rhe diam mendengarkan.
"Kamu mau tahu akibatnya apa?"
"Siapa ini?"
"Itu tidak penting, satu pesan untuk kamu, mulai detik ini berhati-hati lah." ancam suara itu.