"Sudah belanjanya? Kok gak bawa tentengan?"
"Ada dalam tas, Kak." Rhe berbohong.
Mendadak Jessie bagai melihat hantu, wajahnya pucat pasi. Sedangkan Mamanya terlihat terkejut melihat Rhe.
"Loh, kamu kok ada di sini? Kamu adiknya Nara? Loh Jess?" Wanita beralis bulan sabit itu terlihat kebingungan.
Sebelum makin banyak pertanyaan yang akan muncul dari bibir Mamanya, Jessie lebih dulu menarik lengan Mamanya lalu tergesa pergi. Nara terlihat kebingungan dan menatap Rhe meminta penjelasan, Rhe menyerah.
***
Sore itu kedai kopi Meyda terlihat ramai. Rhe Melambai kepada Ronald yang tengah mengutak-atik gitar akustiknya sedangkan Meyda seperti biasa, duduk di kursi favoritnya, menikmati satu mug besar kopi spesialti Kintamani sambil memandangi lalu-lalang orang di luar kedai kopinya.Â
Tubuhnya yang tinggi besar terlihat memenuhi meja dan kursi mungil yang ia tempati. Sebuah helm hitam dan sarung tangan kulit tergeletak di meja yang berhias pot pohon kaktus itu.
Rhe menatap nanar sarung tangan kulit itu. Dengan hati-hati ia menarik kursi dan duduk di hadapan Meyda. Demi melihat Rhe, Meyda terperanjat. Tatapannya melayang ke seluruh penjuru ruangan, lalu ia pun menghembuskan nafasnya panjang.
"Aku kembalikan ini. Terima kasih." Rhe mendorong ponsel yang ia letakan di meja ke arah Meyda.
"Itu milik kamu Rhe, hadiah dari ku." Meyda mendorong ponsel itu ke arah Rhe.