Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Selamat Tinggal Mey

19 Juni 2016   20:58 Diperbarui: 10 April 2022   04:56 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang berperawakan tinggi besar itu mendorong Rhe dengan kasar, yang membuat tubuhnya oleng lalu membentur tembok. Rhe gemetar, kakinya mendadak sulit untuk di langkahkan. Rhe merasa lemas.

***

Alih-alih mendapatkan ketenangan di rumah pakdenya, Rhe malah dibayangi dengan banyak hal yang menganggu pikirannya. Suasana desa yang sepi jauh dari keramaian tidak membuatnya merasa lebih baik. 

Meyda baru saja pulang, ini adalah kali kedua Meyda mendatanginya di tempat ini. Bosnya itu membawakan banyak sekali barang, dari makanan, buku, CD musik, majalah, sampai novel Rhe yang baru saja terbit. Tumpukan barang-barang yang menggunung itu membuat mulut Rhe menganga.

"Kemarin mbak Dian sendiri yang datang ke kedai. Selamat ya, aku senang kedai kopi ku di jadikan setting cerita novel kamu."

"Aku yang harus berterima kasih ke kamu Mey karena telah memperbolehkan ku menulis diantara waktu kerjaku."

Meyda mengangguk dan tersenyum.

"Rhe, aku tak ingin kamu kekurangan apapun di sini. Oleh karena itu aku membawakan banyak barang yang mungkin kamu butuhkan. Bila kamu merasa telah siap untuk kembali dan menghadapi semuanya. Telpon aku ya, aku sendiri yang akan menjemput kamu." Meyda menyerahkan sebuah ponsel high end lengkap dengan kartunya.

"Ponsel ku masih berfungsi, kamu gak usah repot repot gini Mey."

"Saatnya mengawali sesuatu yang baru. Kamu gak butuh ponsel lama kamu itu. Itu hanya akan mengingatkan kamu pada hal-hal buruk." Meyda mengulurkan kembali ponsel yang ada di tangannya. Bagai kerbau di cocok hidung, Rhe menerimanya.

"Satu hal Rhe, restu orang tua adalah segalanya. Janganlah menyakiti diri kamu sendiri demi cinta yang egois."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun