"Rhenata? Mama senang sekali bisa berjumpa dengan kamu, Nak. Sayang sekali kami tidak bisa lama-lama di sini. Karena Papa masih banyak urusan."
Wanita itu langsung memeluk, mencium pipi kanan dan kiri Rhe dengan lembut. Bagaikan terkena totok raga, Rhe berdiri kaku. Lalu ia mulai mencari, namun ia tak menemukan alis bulan sabit di wajah wanita yang kini menatapnya tanpa jeda itu.
***
Tubuh Rhe remuk-redam karena lelah namun itu semua terobati oleh pertemuan yang menyenangkan dengan kedua orang tua Nara. Giliran kepalanya yang kini terasa berat karena masih di penuhi teka-teki.
Langkah Rhe terhenti di depan pintu cafe, matanya tertuju pada dua orang wanita yang tengah menikmati makan malam sambil berbincang seru.
"Jessie?" Rhe mendesis.
"Ya, Jessie. Kenapa? Muka kamu kok kayak kena tampar orang gila gitu sih." Nara berkelakar.
"Beberapa bulan ke belakang Jessie memang sering kemari, setiap siang menjelang sore, entah mengapa. Padahal kurang nyaman apa kedai kopi kakaknya." Terang Nara ringan.
Rhe menggigit bibirnya.
Mungkin itu karena kamu, kak.
"Lantas siapa wanita itu?"