Mohon tunggu...
Hilaria Agustina
Hilaria Agustina Mohon Tunggu... Guru - Pendidik di SMAS St Fransiskus Asisi Bengkayang

Traveling dan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Model Problem Based Learning pada Materi Energi di Kelas X SMAS St Fransiskus Asisi Bengkayang

7 Maret 2024   08:00 Diperbarui: 7 Maret 2024   08:01 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PADA MATERI ENERGI UNTUK SISWA KELAS X

SMAS ST FRANSISKUS ASISI BENGKAYANG

Oleh :

Hilaria Agustina, S.Pd

SMAS St. Fransiskus Asisi Bengkayang

Jl. Sulenco No. 45. Bumi Emas, Bengkayang. Kalimantan Barat

email : hilalemontea@gmail.com

ABSTRAK

 Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model problem based learning pada materi energi untuk siswa kelas X SMAS St Fransiskus Asisi Bengkayang dapat dikatakan berhasil atau lebih baik dengan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1). Hasil belajar siswa setelah diterapkan model problem based learning pada materi energi dilihat dari nilai rata-rata (▁χ) adalah 74,88 dengan SD 12,95. 2). Hasil belajar siswa setelah diterapkan model konvensional pada materi energi dilihat dari nilai rata-rata (▁χ) adalah 68,56 dengan SD 9,79.

Penerapan model problem based learning pada materi energi di kelas X SMAS St Fransiskus Asisi Bengkayang terhadap hasil belajar siswa lebih baik dari penerapan model konvensional berdasarkan uji hipotesis t satu pihak dari nilai tes akhir (post-test) maka t hitung = 2,2571 dan t tabel = 1,6686, berarti t hitung 2,2571 > t tabel 1,6686.

Hasil aktivitas yang dilakukan siswa saat pembelajaran berlangsung dengan model problem based learning dengan jumlah rata-rata 90.68 kriteria baik sekali.

 Kata Kunci : model problem based learning, model konvensional, hasil belajar, energi

PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Pembelajaran yang dapat dikatakan optimal adalah pembelajaran dimana guru tidak hanya menjelaskan saja tetapi siswa yang harus lebih aktif untuk mencari tahu dan membangun sendiri pengetahuannya serta peran guru sebagai fasilitator dan motivator, hal tersebut bertujuan agar siswa menjadi lebih mandiri/terampil dan aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Pembelajaran di kelas akan sangat efektif apabila guru melaksanakannya dengan memahami peran, fungsi dan kegunaan mata pelajaran yang diajarnya.

Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang menyelidiki IPA. Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika) di sini bagi sebagian siswa masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit, dikatakan sulit karena ilmu fisika berkaitan dengan rumus-rumus sehingga mengharuskan siswa dapat memahami konsep dan terampil dalam melakukan perhitungan matematis. Dalam memecahkan suatu permasalahan untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat agar proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran IPA (Fisika) dapat mencapai hasil yang maksimal dan dari model-model pembelajaran yang ada model problem based learning yang paling tepat karena model problem based learning dapat meningkatkan kreativitas dan memancing pengetahuan siswa untuk memecahkan permasalah melalui tahap-tahap metode ilmiah dengan melalui suatu keterampilan proses. Pembelajaran dengan model problem based learning dapat membuat siswa lebih aktif, dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, menimbulkan ide-ide baru, dapat meningkatkan keakraban dan kerjasama, serta membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan (Sanjaya, 2011).

Model problem based learning ini akan diterapkan pada materi energi dengan sub pokok bahasan pengertian energi, bentuk-bentuk energi, energi potensial dan energi kinetik, perubahan energi dalam kehidupan sehari-hari, manfaat perubahan energi dan hukum kekekalan energi di SMAS St Fransiskus Asisi Bengkayang kelas X. Materi energi ini masih belum dipahami siswa, penyebabnya adalah kurangnya motivasi belajar siswa, rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran, kurang semangat belajar dan kejenuhan dalam kelas, kegiatan pembelajaran masih ditekankan pada metode ceramah, kurang menggunakan media serta masih berpusat pada guru. Hal ini mengakibatkan siswa kurang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran yang cenderung menjadikan siswa cepat bosan dan kurang berkonsentrasi pada saat belajar.

Rendahnya hasil belajar Fisika ini dikarenakan kurangnya pemahaman dan keterampilan proses siswa untuk menemukan dan mengungkapkan suatu permasalahan itu sendiri dan minimnya fasilitas dan perlengkapan siswa untuk melakukan praktek secara langsung dan hanya berpatokan pada buku ataupun penjelasan guru saja. Pembelajaran Fisika tidak dapat hanya dipelajari melalui teori saja melainkan harus diimbangi dengan suatu percobaan dan praktek-praktek yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses siswa (Sudjana, 2009). Dengan menerapkan model problem based learning, dalam pembelajaran diharapkan dapat menuntaskan hasil belajar siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Juliani (2009) dapat menuntaskan hasil belajar siswa sebesar 81,24 %. Begitu juga hasil penelitian Herik (2012) bahwa dengan model problem based learning dapat menuntaskan hasil belajar siswa sebesar 95%. Dengan demikian, model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa, kemampuan siswa dalam berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan belajarnya dapat berkembang.

Model problem based learning ini terdapat 3 ciri utama. Pertama, problem based learning merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi problem based learning ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. problem based learning tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui problem based learning siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, problem based learning menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses, berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan model problem based learning pada materi energi untuk siswa kelas X SMAS St Fransiskus Asisi Bengkayang?”

Adapun sub-sub masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Bagaimana hasil belajar siswa setelah diterapkan model problem based learning pada materi energi ?

 Bagaimana hasil belajar siswa setelah diterapkan model konvensional pada materi energi ?

 Apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan model problem based learning lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang diajar dengan model konvensional pada materi energi ?

 Bagaimana aktivitas belajar siswa setelah diterapkan model problem based learning ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh Penerapan model problem based learning pada materi energi untuk siswa kelas X SMAS St Fransiskus Asisi Bengkayang.

Adapun tujuan penelitian ini secara khusus yaitu untuk mendeskripsikan :

 Hasil belajar siswa setelah diterapkan model problem based learning pada materi energi.

 Hasil belajar siswa setelah diterapkan model konvensional pada materi energi.

 Hasil belajar siswa yang diajar dengan model problem based learning lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang diajar dengan model konvensional pada materi energi.

 Aktivitas belajar siswa setelah diterapkan model problem based learning.

D. Definisi Operasional

Untuk memperjelas ruang lingkup penelitian dan menghindari penafsiran yang salah mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan sebagai berikut :

 Penerapan

Penerapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mempraktekan model problem based learning dalam pembelajaran siswa pada materi energi.

 Model Problem Based Learning

Model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa dalam memahami suatu konsep, prinsip, dan keterampilan melalui situasi atau masalah yang disajikan di awal pembelajaran dengan tahap-tahap pembelajaran: (1) orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisasi siswa untuk belajar (3) membimbing penyelidikan individu maupun kelompok (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Dalam pelaksanaannya, siswa belajar dengan menggunakan LKS secara berkelompok, berdiskusi untuk memecahkan masalah yang terdapat dalam LKS, dan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas serta menyimpulkan hasil dari diskusi.

 Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran Konvensional adalah pembelajaran yang selama ini diterapkan guru dalam mengajarkan materi energi. Pembelajaran dimulai dengan apersepsi, penjelasan materi dan diakhiri dengan latihan soal untuk menguji pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru.

 Hasil Belajar

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi energi setelah diberi perlakuan model problem based learning dan konvensional dari tes hasil belajar didapat skor yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan tes akhir (post-test).

 Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan belajar siswa yang menimbulkan perubahan-perubahan atau dimana tingkah laku ditimbulkan oleh siswa ketika mengikuti model problem based learning yang ditunjukkan dengan (1) mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau siswa, (2) berdiskusi atau tanya jawab antar guru atau siswa, (3) mengerjakan tugas-tugas yang kontekstual dan relevan, (4) bekerjasama dengan siswa lain, (5) mengajukan pertanyaan / menanggapi pertanyaan, (6) mencatat apa yang telah dipelajari dan (7) sikap siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi.

 Materi Energi

Materi ajar dalam penelitian ini adalah materi energi yang menggunakan kurikulum 13, kompetensi dasar materi energi yaitu menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan sub pokok dan indikator (1) menjelaskan pengertian energi, (2) menyebutkan bentuk-bentuk energi, (3) mendefinisikan energi potensial dan energi kinetik, (4) menyebutkan contoh perubahan energi dalam kehidupan sehari-hari, (5) menjelaskan manfaat perubahan energi dalam kehidupan sehari-hari, (6) menjelaskan hukum kekekalan energi dan (7) menyelesaikan hukum kekekalan energi mekanik dalam kehidupan sehari-hari yang terdapat pada pelajaran Fisika di SMAS St Fransiskus Asisi Bengkayang

 Hipotesis Penelitian

Menurut Somantri dan Muhidin (2006:157), Hipotesis penelitian adalah dugaan atau pernyataan sementara, maka hipotesis harus diuji kebenarannya. Secara teknis, hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa diajar dengan menggunakan model problem based learning lebih baik dari pada hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi energi di kelas X SMAS St Fransiskus Asisi Bengkayang.

METODE PENELITIAN

 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan ilmiah untuk memecahkan suatu permasalahan dimana kita mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan itu yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya sehingga dapat memahami sasaran yang dikehendaki. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen.

Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama (eksperimen) dengan menerapkan model problem based learning dan tahap kedua (kontrol) menggunakan model konvensional.

 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen yang dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu. Menurut Sugiyono (2011) tujuan penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Rancangan penelitian ini yang digunakan adalah dengan desain Nonequivalent Post-test Only Design. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Nonequivalent Post-test Only Design

TahapPerlakuanPost Test

I (Eksperimen) X1O2

II (Kontrol)X2O4

Keterangan :

X1: Tahap I eksperimen dengan menggunakan model problem based learning.

X2: Tahap II kontrol dengan menggunakan model konvensional

O2: Tes akhir (post-test) (setelah perlakuan) pada kelas eksperimen

O4: Tes akhir (post-test) pada kelas kontrol

(Sugiyono, 2011:79)

Penelitian ini hanya satu kelas, rombel kelas X di SMAS St Fransiskus Asisi masing-masing tingkatan hanya satu kelas. Tahap pertama (eksperimen) diberi perlakuan dengan model problem based learning, dan tahap kedua (kontrol) diberi perlakuan pembelajaran biasa dengan model konvensional. Peneliti kemudian membandingkan skor (post-test) hasil belajar siswa yang diberikan pembelajaran dengan model problem based learning dan hasil belajar siswa yang diberikan pembelajaran konvensional.

 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap atau pada tahun ajaran baru 2023 bulan September.

 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAS St Fransiskus Asisi Bengkayang, beralamat di Jl. Sulenko No. 45, Bumi Emas, Bengkayang. Kalimantan Barat

 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Burhan Bungin (2008:99) dalam penelitian populasi digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Sedangkan Sugiyono (2009:117) mengatakan “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMAS St Fransiskus Asisi Bengkayang Bengkayang yang terdiri dari satu tingkatan kelas yang berjumlah 18 siswa/i, dengan masing-masing jumlah Perempuan 10 orang dan Laki-laki 8 orang.

 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpul data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

 Teknik Pengukuran

Menurut Nawawi (dalam Dekawati, 2012:10) Pengukuran adalah usaha untuk mengetahui keadaan berupa kecerdasan kecakapan nyata (achievement) dalam bidang tertentu. Pengukuran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemberian tes hasil belajar siswa yang diajar dengan model problem based learning dan model konvensional pada materi energi.

G. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

 Tes Hasil Belajar

Jenis tes yang digunakan dalam pengukuran adalah tes tertulis dalam bentuk soal essay. Soal-soal bentuk essay ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes essay menuntut siswa supaya dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, mengetahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang diteskan dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi. Item-item soal dalam tes hasil belajar ini diambil dari materi energi pada pelajaran Fisika. Tes dalam bentuk essay memberikan kebebasan kepada peserta tes untuk mengorganisasikan dan mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam menjawab soal tes (Widoyoko, 2012:83)

Dalam penyusunan soal tes meliputi penulisan :

 Penulisan Butir Soal

Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan tes tertulis berbentuk uraian yang terdiri dari 8 soal. Penulisan butir soal sesuai dengan kisi-kisi butir soal yang dibuat berdasarkan pada:

 Kurikulum yang digunakan

 Buku pelajaran yang digunakan

 Memperhatikan pendapat dari dosen pembimbing dan guru.

Tes tertulis yang digunakan sebagai alat pengumpul data bertujuan untuk menjawab permasalahan dari penelitian ini. Tes tertulis yang berupa soal-soal essay merupakan tes yang dibuat sendiri yang berdasarkan kurikulum, buku pelajaran serta pendapat dari dosen pembimbing dan guru, sehingga harus dilakukan uji coba soal.

2) Lembar Observasi Langsung (pengamatan)

Observasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara langsung keterlaksanaan model problem based learning pada siswa. Lembar observasi ini dalam bentuk tabel yang kolomnya terdiri atas nomor, fase problem based learning, aspek yang diamati, jumlah siswa, dan keterangan. Hal ini dilakukan agar kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama pembelajaran selanjutnya dapat lebih baik. Lembar observer ini kemudian dikoordinasikan kepada observer agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap format lembar observasi tersebut. Aktivitas siswa yang diamati meliputi: (1) mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau siswa, (2) berdiskusi atau tanya jawab antar guru atau siswa, (3) mengerjakan tugas-tugas yang kontekstual dan relevan, (4) bekerjasama dengan siswa lain, (5) mengajukan pertanyaan / menanggapi pertanyaan, (6) mencatat apa yang telah dipelajari dan (7) sikap siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi.

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh penelitian ini adalah data post-test untuk menjawab masalah dalam penelitian adapun prosedur pengolahan data dilakukan sebagai berikut :

 Untuk menjawab sub masalah 1 dan 2, yaitu hasil belajar siswa setelah diterapkan model problem based learning dan model konvensional, maka dianalisis secara deskriptif yang meliputi nilai rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi.

 Untuk menjawab sub masalah 3, yaitu untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan model problem based learning pada kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, maka data yang diperoleh dari tes hasil belajar diolah sebagai berikut :

 Memberikan nilai pada hasil post-test siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

 Melakukan uji normalitas dari masing-masing kelompok kontrol maupun eksperimen dengan menggunakan uji chi kuadrat (χ^2). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

 Menentukan Rata-rata (▁X)

 Menentukan Standar Deviasi (Sd)

 Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi.

 Rumus banyak kelas interval: (aturan Sturges) K = 1 + 3,3 log n

 Rentang = nilai terbesar – nilai terkecil

 Rumus panjang kelas interval (P) =Rentang/(Banyak Kelas)=R/K…(1)

keterangan : R= rentangan

K= banyak kelas

Tabel 1. Daftar Frekuensi Observasi dan Frekuensi Ekspektasi

Kelas

IntervalBatas KelasZ batas KelasLuas

Z TabelEiOi(Oi-Ei)^2/Ei

   χ^2=∑ (Oi-Ei)^2/Ei

Menentukan harga〖 χ〗^2dengan rumus χ^2=∑ ((O_i-E_i )^2)/E_i ...(2)

Keterangan : 〖 O〗_i = Frekuensi Observasi

       〖 E〗_i = Frekuensi Ekspektasi

Menentukan derajat kebebasan (db)

Menentukan harga χ_tabel^2 dengan taraf signifikan α=5 %

χ_tabel^2=χ_(1-α)(dk)^2 …(3)

Kriteria pengujian normalitas:

Jika χ_(hitung <)^2 〖 χ〗_tabel^2 maka data berdistribusi normal

Jika χ_(hitung > )^2 χ_tabel^2 maka data tidak berdistribusi normal.

(Subana, 2009:150)

 Menguji homogenitas varians

F=(Varians Besar)/(Varians Kecil) ... (4)

Dengan kriteria :

F_hitung>F_tabel, varian tidak homogen

F_hitung

(Subana, 2005:161)

 Data berdistribusi normal dan varian homogen, digunakan uji t satu pihak untuk mengetahui model problem based learning pada kelas eksperimen lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol

t=(▁X_1-▁X_2)/√(((n_1- 1). 〖S_1〗^2+ (n_2- 1). 〖S_2〗^2)/(n_(1 )+ n_2-2) (1/n_1 + 1/n_2 ) )...(5)

Keterangan : ▁X_1: rata-rata data kelompok eksperimen

▁X_2: rata-rata kelompok kontrol

n_1: banyaknya data kelompok eksperimen

n_2: banyaknya data kelompok kontrol

s_1: varian kelompok eksperimen

s_2: varian kelompok kontrol

(Somantri dan Muhidin, 2006:178)

Dengan kriteria : Tolak H_o jika t_(hitung > t _tabel ), maka H_a diterima.

 Untuk menjawab masalah 4, yaitu untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa setelah diterapkan model problem based learning maka dianalisis secara deskriptif hasil pengamatan selama jalannya pembelajaran melalui lembar pengamatan dalam menggunakan persentase aktivitas siswa. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

 Menghitung jumlah siswa yang hadir dalam setiap pertemuan

 Menghitung jumlah siswa yang aktif dalam tiap indikator

 Menghitung persentase setiap tingkah laku yang dilakukan siswa

T_i= N/B×100 %....(11)

Keterangan :Ti = tingkah laku ke i = 1,2,3,...

N = jumlah siswa yang aktif

B = jumlah siswa yang hadir

(Sardiman, 2011:44)

Kriteria nilai dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

80 – 100 : Baik Sekali

66 – 79 : Baik

50 – 65: Cukup

40 – 55 : Kurang

30 – 39 : Buruk

(Sardiman, 2011:45)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 Deskripsi Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data post-test dan aktivitas belajar siswa dari tahap 1 di kelas eksperimen yang diterapkan dengan model problem based learning pada satu tingkatan kelas yang berjumlah 18 siswa/i, dengan masing-masing jumlah Perempuan 10 orang dan Laki-laki 8 orang.

 Hasil belajar siswa dapat dilihat pada nilai tes akhir (post-test) di bawah ini.

 Nilai Tes Akhir (post-test)

 Hasil belajar siswa yang diterapkan model problem based learning dan model konvensional dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Data Tes Akhir (Post-Test)

KelasModel Problem Based Learning

(Eksperimen)Model Konvensional

(Kontrol)

Jumlah Siswa3334

▁χ74.8868.56

Max9383

Min5050

SD12.959.79

Berdasarkan Tabel 2 dilihat bahwa rata-rata nilai post-test di tahap 1 kelas eksperimen yang diterapkan dengan model problem based learning adalah 74.88 dengan standar deviasi 12.95 dan di tahap 2 kelas kontrol yang diterapkan dengan model konvensional adalah 68.56 dengan standar deviasi 9.79. Hal Ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang di tahap 1 diterapkan dengan model problem based learning lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang di tahap 2 kelas kontrol yang diterapkan dengan model konvensional.

 Aktivitas siswa

Aktivitas siswa dilihat saat diterapkan dengan model problem based learning di tahap 1 kelas eksperimen adalah baik sekali, dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Hasil Rata-rata Aktivitas Siswa Pada Pertemuan Pertama dan Kedua

IndikatorPersentase pertemuan pertamaPersentase pertemuan kedua▁χ

 Kriteria

 Mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru100 0 0Baik sekali

 Berdiskusi / Tanya jawab antar guru / siswa78,7 %90,9 %84.8Baik Sekali

 Mengerjakan LKS90,9 %90,9 %90.9Baik sekali

 Bekerjasama dengan siswa lain75,7 %90,9 %83.3Baik Sekali

 Mengajukan pertanyaan / menanggapi pertanyaan60,6 %90,9 %75.75Baik

 Mencatat hasil pembelajaran100 0 0Baik sekali

 Menghargai / menerima pendapat (Sikap)100 0 0Baik sekali

JUMLAH RATA-RATA90.68Baik sekali

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat rata-rata aktivitas siswa saat mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru adalah 100, rata-rata saat berdiskusi/tanya jawab antara guru/siswa 84.8, rata-rata saat mengerjakan LKS 90.9, rata-rata saat bekerja sama dengan siswa lain 83.3, rata-rata saat mengajukan pertanyaan/menanggapi pertanyaan 75.75, rata-rata saat mencatat hasil pembelajaran 100 dan saat menghargai/menerima pendapat (sikap) juga 100. Dalam penerapan model problem based learning ini siswa tergolong aktif dengan jumlah rata-rata 90.68 kriteria baik sekali.

 Analisis Data

 Hasil Uji Prasyarat Analisis

 Uji Normalitas

Hasil uji normalitas dari tes hasil belajar siswa di tahap 1 kelas eksperimen dan di tahap 2 kelas kontrol dengan menggunakan uji chi kuadrat (χ^2), diperoleh harga statistik uji tingkat signifikan 5 % pada masing-masing sampel sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas

Uji Normalitasχ² hitungχ² tabelHipotesisKesimpulan

Kelas Eksperimen5.95047,81H0 diterimaBerdistribusi Normal

Kelas Kontrol7.08277,81H0 diterimaBerdistribusi Normal

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa ternyata χ² hitung < χ² tabel, pada tahap 1 kelas eksperimen χ² 5.9504 < χ² 7,81 dan tahap 2 kelas kontrol χ² 7.0827 < χ² 7,81 maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

 Uji Homogenitas

Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji homogenitas varians. Dari hasil uji nilai post-test di tahap 1 kelas eksperimen dan tahap 2 kelas kontrol dengan menggunakan uji homogenitas diperoleh F hitung = 1,75 dengan F tabel = 1,81 berarti F hitung < F tabel = 1,75 < 1,81 dapat disimpulkan bahwa data nilai post-test tahap 1 kelas eksperimen dan tahap 2 kontrol adalah homogen.

 Uji Hipotesis (uji t satu pihak)

Hasil analisis uji normalitas dan homogenitas didapatkan data berdistribusi normal dan varian homogen, maka selanjutnya melakukan uji hipotesis yaitu “apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan model problem based learning lebih baik dari pada model konvensional pada materi energi di kelas XI SMAS St Fransiskus Asisi Bengkayang” dengan menggunakan uji t satu pihak. Kriteria pengujian satu pihak : Ho ditolak apabila : μ_E hitung ≥ μ_K tabel, Ho diterima apabila : μ_E hitung < μ_(K )tabel. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh dari nilai tes akhir (post-test) maka t hitung = 2,2571 dan t tabel = 1,6686, berarti t hitung 2,2571 > t tabel 1,6686, maka dalam keadaan ini H0 ditolak dan Ha diterima. Keputusan uji hasil belajar siswa yang diajar dengan model problem based learning pada tahap pertama di kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang diajar dengan model konvensional pada tahap kedua di kelas kontrol.

 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian di kelas XI di tahap pertama yang diterapkan dengan model problem based learning dan di tahap kedua yang diterapkan dengan model konvensional pengolahan data diperoleh dari hasil belajar siswa dengan nilai tes akhir (post-test) dan aktivitas siswa setelah diterapkan dengan model problem based learning. Rata-rata nilai tes akhir (posttest) di tahap pertama kelas eksperimen yang diterapkan dengan model problem based learning adalah 74,88 dengan standar deviasi 12,95 dan di tahap kedua kelas kontrol yang diterapkan dengan model konvensional adalah 68,56 dengan standar deviasi 9,79. Hasil analisis data nilai tes akhir (post-test) dengan menggunakan uji t satu pihak. Kriteria pengujian satu pihak : Ho ditolak apabila : μ_E hitung ≥ μ_K tabel, Ho diterima apabila : μ_E hitung < μ_(K )tabel. Berdasarkan analisis data hasil perhitungan dari nilai tes akhir (post-test) didapatkan t hitung = 2,2571 dan t tabel = 1,6686, berarti t hitung 2,2571 > t tabel 1,6686, maka dalam keadaan ini H0 ditolak dan Ha diterima.

Keputusan uji hasil belajar siswa yang diajar dengan model problem based learning pada tahap pertama di kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang diajar dengan model konvensional pada tahap kedua di kelas kontrol. Hal ini dikarenakan model problem based learning berbeda dengan model konvensional yang sistem pembelajaran biasa yang guru ajarkan di SMAS St Fransiskus Asisi Bengkayang. Pembelajaran hanya ditekankan pada metode ceramah, siswa hanya mendengarkan penjelasan saja. Dalam menerapkan model problem based learning peneliti mengarahkan siswa untuk belajar aktif dan mencari tahu dari permasalahan yang diberikan. Siswa merasa senang terhadap cara belajar yang digunakan, tertarik dan tertantang untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan dalam bentuk LKS yang dibuat menarik sehingga membantu pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dan menarik minat belajar siswa. Permasalahan yang diberikan dalam LKS tersebut pada prinsipnya membentuk kemandirian, aktif, kreatif, kerja sama, rasa tanggung jawab, mampu untuk mengemukakan pendapat yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, dan aktivitas belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian tentang aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan model problem based learning diperoleh bahwa aktivitas siswa dinyatakan aktif dengan kriteria baik sekali diperoleh jumlah rata-rata 90.68.

 Dalam penerapan model problem based learning ini sejalan dengan temuan teori belajar Jerome S. Bruner belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih baik, berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta didukung oleh pengetahuan yang menyertainya, serta menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna dan teori belajar dari vygotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Kaitan dengan problem based learning dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan teman lain. Dari hasil temuan yang didapat saat penelitian berdasarkan teori belajar dari Jerome S. Bruner dan vygotsky, tujuan penelitian dan hasil analisis data yang diperoleh berdasarkan nilai akhir (post-test) dan melalui pengujian hipotesis penelitian ini dapat dikatakan berhasil.

 Keterbatasan Dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, meskipun hasil belajar siswa yang diajar dengan model problem based learning pada tahap pertama di kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang diajar dengan model konvensional pada tahap kedua di kelas kontrol tetapi penelitian ini masih memiliki keterbatasan dalam pelaksanaan pengumpulan data.

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Ributnya siswa kelas lain mengganggu konsentrasi peneliti dan siswa saat pembelajaran berlangsung

 Terjadinya pemadaman listrik saat peneliti ingin menggunakan infokus untuk menjelaskan materi yang ingin disampaikan sehingga peneliti harus mencatat di papan tulis.

E. Saran

 Beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan keterbatasan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Dalam menerapkan model pembelajaran pemrosesan informasi sebaiknya motivasi siswa agar mereka tidak malu untuk bertanya pada guru ketika tahap bimbingan belajar dilaksanakan sehingga mereka juga terbiasa mengungkapkan ketidak pahaman mereka terhadap materi yang telah disampaikan.

 Guru piket perlu mengontrol siswa kelas lain yang ribut saat pembelajaran berlangsung agar tidak mengganggu konsentrasi siswa kelas yang lain untuk belajar.

 Untuk penelitian lebih lanjut dengan keadaan yang tidak terduga hendaknya peneliti membuat media pembelajaran alternatif jika saat pembelajaran menggunakan infokus tidak terlaksana akibat terjadinya pemadaman listrik.

DAFTAR PUSTAKA

 Arikunto, S. (2005). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

 Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar EVALUASI PENDIDIKAN Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara

Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dimyati dan Mudjiono. (2001). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti

Ibrahim, Muslimin dan Nur. (2000). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA

Pedoman Operasional. (2009/2010). Penulisan Skripsi dan Makalah. Pontianak: STKIP-PGRI

Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers

Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Somantri, A. dan Muhidin S. (2006). Aplikasi Statistik dalam penelitian. Bandung: Cv. Pustaka Setia

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukiman. (2011). Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani

Supriyono. (2003). Strategi Pembelajaran Fisika. IMSTEP.

Tim Prima Pena. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia Press.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Widoyoko, P. E (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun