"Aku malu. Bahkan kau pun tertawa."
"Oh, maafkan aku."
"Tak apa. Aku memang pantas ditertawakan."
"Tidak. Maaf. Aku tidak bermaksud...."
"Sudah kubilang tidak apa."
"Bukan. Maksudku, jika kau masih peduli pada ibumu lalu kenapa kau bunuh diri?" tanyaku sekali lagi.Â
"Ibuku sudah ada yang jaga, adikku. Lagipula ia sudah tua, sering sakit-sakitan, sebentar lagi mungkin juga menyusul."
Pikiran gila macam apa itu? Sungguh aku tak tahu pola pikir orang itu. Untuk sesaat aku merasa harus berbuat sesuatu padanya karena merasa sedikit bertanggungjawab atas keinginannya untuk bunuh diri yang harus kuselamatkan.
"Mungkin kau bisa mencari perempuan yang mau menerima dirimu apa adanya," saranku.Â
"Memang ada?"
"Ada kalau dicari."