Mohon tunggu...
Hendra Wiguna
Hendra Wiguna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausahawan

Seorang yang hobi menulis, mendaki gunung, dan nonton film. Pertama kali menulis adalah saat ingin mengabadikan momen pendakian Gunung Rinjani dalam bentuk buku yang berjudul "ITINERARY: Menggapai Rinjani" yang tayang di berbagai platform baca tulis. Sudah menerbitkan buku horor thriller dengan judul "Jalur Ilegal". Dan sering mengikuti kompetisi novel dan cerpen.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perbincangan Antara Sumbing dan Sindoro

17 November 2023   16:26 Diperbarui: 16 Desember 2023   10:38 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya sudah. Kita ketemu nanti di bawah. Di Terminal Wonosobo. Aku balik ke Bandung dari sana. Sekitar besok sore lah."

"Ha ha ha. Kita tak akan bertemu. Sudah kubilang aku akan bunuh diri."

"Jangan becanda lah kau!"

Setelah mengatakan itu, aku simpan benda itu di samping karena air dalam nesting sudah mendidih. Aku tuangkan ke dalam cangkir yang sebelumnya sudah terisi kopi hitam dan kemudian mengaduk-aduknya dengan lipatan bekas bungkusan sachet itu. Aromanya sungguh menggoda. Aku ingin menikmatinya sambil melihat langit malam. Namun, keberadaan benda telekomunikasi jarak dekat itu membuatku terusik dan agak mengganggu. 

Maka aku ambil dan membawanya ke luar. Aku berniat akan mengembalikan ke pemiliknya. Aku yakin benda itu milik mereka yang buka tenda dekat warung. Karena tidak mungkin sinyal dari Sindoro bisa mencapai Sumbing dengan benda itu. Walaupun jarak kedua gunung itu memang dekat, tapi tak sedekat itu hingga bisa menggapai sinyal. Sungguh becandaan yang konyol! Pikirku. 

"Permisi. Maaf aku mau mengembalikan HT ini. Siapa yang punya?" ucapku setelah berada di depan dua tenda itu,  yang ternyata merupakan satu rombongan. 

"HT? Riki, kau bawa HT?" tanya seorang perempuan berambut pendek pada kawannya di tenda sebelah. 

Lelaki yang ditanya menggeleng.

"Maaf, Bang. Kami tidak bawa HT," timpal lelaki di samping lelaki bernama Riki itu. 

"Terus ini siapa punya? Aku nemu di dekat tenda."

Sekelompok pendaki yang terlihat jauh lebih muda dari aku itu saling berganti pandang, saling mempertanyakan. Tetapi tak ada yang mengaku. "Kami tidak ada yang bawa HT, Bang." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun