Sesampainya Prio di sana, didapatinya Cahyo duduk di rel kereta api. Tampaknya kekhawatiran Prio terbukti, Cahyo akan menabrakkan dirinya ke kereta api. Cara bunuh diri yang dipakai kebanyakan orang yang depresi.
"Cahyo!" Prio berlari hendak langsung memegang Cahyo.
"Jangan mendekat!"
Itulah suara terkeras Cahyo yang pernah didengar Prio selama ia berteman dengannya.
"Ambil kotak itu. Baca dan sampaikan pada wanita yang namanya kutulis disana." Cahyo sambil menunjuk kotak kecil di atas batu yang mereka namai 'batu gowokan'. Batu itu jaraknya sembilan meter dari rel itu. Prio mengambil dan membacanya.
"Pri, aku percaya kamu, bilang sama Nia, aku memang tak bisa bersama dengannya di dunia yang kejam ini, namun di alam lain pasti aku bisa"
"Cahyo, kamu kenapa sih?"
"Cepat pergi Pri!"
"Hey hey....lihat aku Yo," Prio berjalan siput kedepan.
"Demi Tuhan, aku bersumpah, kalau kamu ga ngomong dulu, aku akan buang kotak ini ke sungai. Jadi...yang Nia tahu kamu hanya mati konyol dipagi hari, bukan mati karena cinta!"
Cahyo menoleh ke Prio.Tanpa berkedip, Prio pun pandangi teman SMAnya itu, dan mengangguk sekali tapi pasti "Kamu masih punya aku Yo"