Mohon tunggu...
Fajar Nugroho
Fajar Nugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis dan Pemerhati Desa

migunani tumraping lian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Serial Detektif: Hilangnya Bulan Hitam

31 Maret 2011   02:59 Diperbarui: 19 Mei 2024   22:33 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sesampainya Prio di sana, didapatinya Cahyo duduk di rel kereta api. Tampaknya kekhawatiran Prio terbukti, Cahyo akan menabrakkan dirinya ke kereta api. Cara bunuh diri yang dipakai kebanyakan orang yang depresi.

"Cahyo!" Prio berlari hendak langsung memegang Cahyo.

"Jangan mendekat!"

Itulah suara terkeras Cahyo yang pernah didengar Prio selama ia berteman dengannya.

"Ambil kotak itu. Baca dan sampaikan pada wanita yang namanya kutulis disana." Cahyo sambil menunjuk kotak kecil di atas batu yang mereka namai 'batu gowokan'. Batu itu jaraknya sembilan meter dari rel itu. Prio mengambil dan membacanya.

"Pri, aku percaya kamu, bilang sama Nia, aku memang tak bisa bersama dengannya di dunia yang kejam ini, namun di alam lain pasti aku bisa"

"Cahyo, kamu kenapa sih?"

"Cepat pergi Pri!"

"Hey hey....lihat aku Yo," Prio berjalan siput kedepan.

"Demi Tuhan, aku bersumpah, kalau kamu ga ngomong dulu, aku akan buang kotak ini ke sungai. Jadi...yang Nia tahu kamu hanya mati konyol dipagi hari, bukan mati karena cinta!"

Cahyo menoleh ke Prio.Tanpa berkedip, Prio pun pandangi teman SMAnya itu, dan mengangguk sekali tapi pasti "Kamu masih punya aku Yo"

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun