Mohon tunggu...
Fajar Nugroho
Fajar Nugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis dan Pemerhati Desa

migunani tumraping lian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Serial Detektif: Hilangnya Bulan Hitam

31 Maret 2011   02:59 Diperbarui: 19 Mei 2024   22:33 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nia adalah satu-satunya!" Cahyo memenggal ucapan Prio. "Dia tak akan tergantikan. Aku pernah ingin membujang seumur hidup kalau tak bisa mendapatkannya, tapi aku pikir itu tak cukup! Lebih baik mati dan mencintainya di alam lain."

Prio menarik nafas dalam-dalam.

"Yo...masih ingat kan," Prio duduk di rel yang sama dengan Cahyo, cuma agak jauh.

"Dulu kita sering pulang bareng habis sekolah. Aku jalan di rel kiri kamu yang kanan. "

"Kamu pasti juga masih ingat waktu kita jalan di rel, trus dari arah timur ada dua orang waria yang juga berjalan di rel yang sama. Trus aku suruh kamu jangan menepi biar dikira kita gentleman, dada lawan dada. Ternyata mereka juga ga mau mengalah. Dikira mo nglawan, kita malah dikejar."

Tak disangka, seulas senyum sekilas nampak di bibir Cahyo.

"Ingat Yo, orang yang bunuh diri itu sama aja keluar agama. Neraka Yo!"

Cahyo menerawang langit dini hari. Bintang masih keliatan jelas disana.

"Hidup ini banyak solusinya Yo.

Dari pada mati, mending minggat dari rumah trus keluar jogja, beres kan? Semua cerita sedih biar terkubur mati di kota ini"

Cahyo setengah menoleh. Prio kembali berpikir sejenak

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun