"Bohong, kamu ga pernah main ke rumah lagi. Pergiiiiiii !!!"
"Aduh Yo, kamu kan tahu aku kuliah di Semarang. Jadwal praktikumku padet banget Yo. Jangankan sama kamu, sama bapak ibukku saja jarang ketemu, ini saja kubela-belain kesini padahal besok senin aku ada ujian.
Ayolah Yo, dipikir lagi.Kamu putus cinta ya? Atau ditolak?
Ayo Yo ngomong sama aku"
Tatapan Cahyo masih kosong, seperti menatap alam gaib.
"Yo! Nyebut Yo nyebut. Kamu masih punya bapak ibu yang sayang kamu, mereka..."
"Enggakkkk!!!" omongan Prio disambarnya.
"Kamu ga tahu Pri, ga tahu!" suara cahyo terisak-isak. "Aku ga pernah merasa punya keluarga. Aku ini kayak anak buangan Pri!"
"Tak pernah aku dimanja sedikitpun seperti anak lain." tangisan Cahyo getarkan hati Prio. "Saat anak-anak lain diberi perhatian saat jatuh dari motor, aku diberi tamparan dari bapakku sendiri! Dikira ga becus naik motor Pri!
Ibuku yang paling kusayangi juga ingkar janji. Katanya dia mo pulang awal tahun ini. Tapi nyatanya, tak ada kabar sedikitpun!"
"Yo, aku paham Yo. Aku juga merasa..." suara Prio serak. "Tapi mati bukan jalan terbaik Yo. Apalagi soal cinta..."