Mohon tunggu...
Fajar Nugroho
Fajar Nugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis dan Pemerhati Desa

migunani tumraping lian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Serial Detektif: Hilangnya Bulan Hitam

31 Maret 2011   02:59 Diperbarui: 19 Mei 2024   22:33 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

CERITA DETEKTIF

SRI, SI CABE RAWIT DARI KALI CODE

KASUS I

HILANGNYA BULAN HITAM

-----------------------------------------------------------------------

BAGIAN 1. ULAH POLISI?

Kasus pertama yang Sri pecahkan sebenarnya hanya bermula dari keisengan Johan yang mengajakknya berdiskusi pada Hari Sabtu sore tanggal 21 Juli di warung koran.

Kasus ini adalah hilangnya Cahyo Utomo (20) mahasiswa semester dua jurusan teknik informatika di sebuah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Yogyakarta. Ia tinggal di sebuah rumah sederhana di daerah Depok, Sleman.

Orang tuanya menuturkan bahwa Cahyo termasuk anak yang tertutup, pendiam dan hanya bergaul dengan orang-orang tertentu. Teman akrabnya adalah teman se SMA dulu. Namanya Prio (20), tapi sekarang dia sudah kuliah di UNDIP Semarang. Dulu Prio sering main ke rumah, tapi setelah kuliah dia belum pernah main lagi. Kabar dari mulut ke mulut, Prio sangat sibuk dengan kegiatan akademisnya sehingga ia jarang berkunjung ke Jogja, disamping karena memang seluruh keluarganya telah pindah rumah ke Jakarta.

Cahyo sudah menghilang dua bulan ini atau lebih tepatnya sejak tanggal 20 Mei. Pihak keluarga sempat mempercayai ia hilang karena diculik. Dugaan itu didasarkan pada kontroversi demonstrasi gabungan mahasiswa dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei. Demonstrasi yang berujung ricuh itu memakan satu korban jiwa mahasiswa yang sekampus dengan Cahyo. Tercatat dua lainnya hilang.

Murti (49), ibu dari Cahyo, tampak sangat berharap kepada polisi. Murti sendiri bekerja sebagai seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia yang mendapat pos kerja di Malaysia. Dia mendapat ijin cuti, sehingga bisa pulang di akhir Bulan Juni kemarin. Kepulangannya tanpa ngasih kabar terlebih dahulu, pingin jadi kejutan maksudnya. Ya, ia memang terkejut, tapi terkejut susah karena anaknya tak pulang-pulang.

Murti telah berusaha menghubungi seluruh sanak famili tapi tak ada yang tahu keberadaan anak semata wayangnya itu. Dia lalu melaporkan sendiri kasus ini ke polisi.

Lain halnya dengan Ratno (50), bapak dari Cahyo. Dialah yang menuduh polisi sebagai dalang penculikan anaknya, sehingga ia tidak melapor dari hari pertama Cahyo hilang.

Polisi mengaku telah bertindak profesional, namun mereka memang belum menemukan jejak hilangnya Cahyo. Mereka menanyai kawan kampus Cahyo. Yang terakhir melihat Cahyo adalah Amanda (19), ia melihat Cahyo, Hari Jumat tanggal 18 Mei sepulang dari kuliah. Teman yang lain tak ada yang mengetahui keberadaanya atau punyai alibi kuat terkait dengan hilangnya Cahyo. Kebanyakan bila ditanyai polisi selalu menjawab bahwa Cahyo termasuk orang yang kuper alias kurang pergaulan.

Penyelidikan lain dilakukan polisi kepada tetangga Cahyo. Anak muda kampung setempat juga tak jauh beda penuturannya dengan anak-anak kampus, mereka merasa tak pernah bergaul dengan Cahyo. Jarwo (29), tetangga, menjelaskan bahwa pada Hari Minggu tanggal 20 Mei sekitar pukul 19.00 ada dua orang asing yang mondar mandir di depan rumah Cahyo.

Manto (34), tetangga, dihari yang sama melihat Cahyo keluar rumah sekitar pukul 20.00. Ratno sendiri menuturkan bahwa sekitar pukul 21.00 ia mencoba melihat ke dalam kamar Cahyo. Ia penasaran karena sejak pagi ia tak melihat Cahyo. Biasanya setiap pagi atau sore dia selalu mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, bersih-bersih dan sebagainya. Malam itu Ratno mengira anaknya telah tidur.

Senin 21 Mei, pukul 10.00 Ratno memeriksa kembali pintu kamar, ternyata masih dikunci. Pintu depan masih terkunci jadi seharusnya dia di dalam. Ia ketok keras dan berteriak memanggil-manggil Cahyo, namun tak ditanggapi. Lewat jendela luar rumah, Ratno mengintip ke dalam kamar. Tapi pandangannya tak sempurna, terhalang gorden dan terali besi jendela. Hingga Hari Selasa kamar itu masih terkunci. Akhirnya ia membukanya secara paksa, dan didapatinya kamarnya telah kosong.

Pihak keluarga dan polisi telah memeriksa seluruh rumah termasuk kamar Cahyo. Seluruh pakaiannya dilemari masih utuh, ponsel dan laptop masih tergeletak di meja. Singkat kata, tak ada barangnya yang terbawa.

Penyidik memeriksa ponsel namun tak temukan hal yang penting. Kata Ratno, anaknya baru dua minggu ini pegang ponsel, itupun ponsel tua. Nomer kontaknya pun baru dua buah yakni nomer ponsel bapaknya dan nomer miliknya sendiri. Di inboxnya tak terdapat SMS yang aneh ataupun teror dari nomer asing, hanya beberapa SMS masuk berasal dari nomer 89887.

Laptop belum bisa diperiksa karena rusak dibagian hardware, terlebih sukucadang laptop kuno seperti ini sangatlah jarang untuk jaman sekarang.

- - -

BAGIAN 2. WEEKEND DI POLRES

Minggu, 22 Juli

Hari ini Johan benar-benar ingin melihat bakat Sri. Ia mengajaknya untuk menyelediki kasus ini. Sri bersedia asalkan aku diajak juga. Kebetulan hari ini aku tak ada acara, sehingga bersedia ikut dengan mereka.

Kami sampai kantor polisi resort Sleman jam 09.00, untuk memeriksa peralatan Cahyo yakni laptop, ponsel, buku-buku catatan dan beberapa benda lain. Dari benda-benda itu yang langsung diperiksa Sri adalah ponsel. Ia buka pesan masuk di inbox. Tampak bibirnya tersenyum kecil, kepalanya mengangguk-angguk.

Johan tersenyum,"kenapa Sri? Nomer itu dari Twitter kan?" Sri menoleh ke Johan yang sedang membuka jaket. Aku ikut-ikutan membaca satu pesan SMS terakhir dari 89887:

gurungersang : @bulanhitam

wah sudah ga pernah aktif lagi neh?

"Kami sudah mengidentifikasi kog. Diduga Cahyo memakai akun dengan username bulanhitam tapi diprotect alias harus request dulu agar bisa memfollow dan melihat tweets nya." jelas Johan.

"Kalau akun gurungersang malah sangat aktif, dalam sehari dia bisa ngetweets sampai puluhan kali." Tambahnya sambil duduk dan menghidupkan komputer.

"Bukan twitternya Pak," kata Sri.

Kalian jangan tanya aku, karena sedari tadi aku masih loading hehe.

"Maksudnya?" tanya Johan.

Tiba-tiba teman Johan datang,"Jo, ayo ikut aku sebentar, penting ini!"

"OK." Jawab singkat Johan yang langsung berdiri, "Sri, ini komputernya sudah online. Kamu pakai saja ya. Aku yakin dari gaya bicaramu tadi kamu tahu sesuatu."

"Oh iya, Pak Tarno, saya minta nomer ponselmu Pak. Nanti kalau saya agak lama, kita bisa SMSan."

Terlihat Sri sudah asyik di depan komputer saat itu. ---

BAGIAN 3. DUNIA MAYA

Dua jam berlalu. Johan mengirimi SMS ke nomerku, ngasih tahu kalau urusannya belum selesai. Dia juga telah mengirim makanan dan minuman untuk kami.

Jam12.30 Johan kembali ke ruangan. Di sebelahku Sri sedang duduk santai.

"Wah kayaknya uda selesai neh." Kata Johan dengan nada bercanda. Dia langsung duduk di depan Sri.

"Pak Johan, kerja disini enak ya," kata Sri

"Maksudnya?"

"Komputernya bagus, internetnya cepet lagi."

"Ohhh begitu haha,"

"Trus, kesimpulanmu tentang kasus ini apa Sri?"

Sri meminum seteguk teh yang telah dingin. "Cahyo itu tidak hilang Pak, apalagi diculik"

Muka Johan melebar, tampak ia sangat tertarik dengan kesimpulan Sri itu.

"Lebih tepatnya, si Cahyo itu pergi secara suka rela." Tambah Sri sambil memakan roti donat yang masih tersisa. Kata-kata Sri ini kontan membuat Johan tertawa.

"Ok ok, aku tahu maksudmu, Cahyo kabur dari rumah kan? Kemarin kami juga sempat menganalisa itu, tapi kami belum cukup bukti." Johan mengambil rokoknya. "Pak Ratno yakin tak ada masalah internal keluarga."

"Nah itu dia!" Sri agak menyela. Johan mengerutkan alisnya.

"Seorang bapak yang tak tahu malu."

Johan menyandar di kursinya sambil menghisap rokoknya dalam. Dia tertawa lebar, "Jos! Ayo lanjut. Hmmm konflik keluarga ya"

"Lebih dari itu!" kata Sri yang langsung duduk di depan komputer. "Ini tentang kisah tangan tak sampai."

Johan menoleh kepadaku dengan pandangan penasaran. Aku hanya bisa mengangkat bahuku. Johan akhirnya meminta Sri untuk menjelaskan alur pembuktian secara lengkap.

"Ok, mari kita mulai Pak. Semua browser sengaja tidak aku tutup agar tidak mengulang loadingnya. Dengan kata lain, waktu kita lebih efisien dan tentu saja aku bisa cepat pulang.

Pertama kita selidiki ponsel, memang inbox yang masuk semua berasal dari nomer server twitter. Tujuh SMS inbox tersebut berasal dari mention akun gurungersang pada tanggal 19, 20, 22 Mei 3, 9, 29 Juni dan terakhir 19 Juli.

Fokus kita memang bukan ke akun twitter Cahyo, tapi akun milik gurungersang itu. Untungnya akun itu terbuka untuk publik, sehingga kita bisa langsung bisa menelusurinya. Satu hal yang pasti, akun gurungersang yang nama asli pemiliknya adalah Ridwan Saleh itu, sangatlah aktif. Kita harus bersabar untuk membuka tweetsnya satu persatu hingga diperoleh clue. Bagi mereka yang gampang males, membaca satu persatu pasti langsung terlintas dibenak 'ini tak ada gunanya'. Sekali lagi Pak Johan... sabar dan telaten,"

Kata-kata Sri ini pasti ngena banget buat Johan. Yoa, Seorang detektif haruslah sabar dan telaten.

"Benar katamu Pak, dalam sehari Ridwan bisa ngeTweets puluhan hingga ratusan kali. Seperti orang kecanduan saja. Kebanyakan tweets nya adalah retweet (RT), sebagian lagi menyertakan hastags "#homeishell, #duniakejam, #anakjalanan" tampaknya dia mengalami masalah keluarga.

Tadi aku juga sudah memeriksa dan kutemukan beberapa clue penting antara lain :

Minggu, 19 Februari jam12.00

@bulanhitam tulisan blogmu kemarin bagus euy, dunia komputer emang keren. Jadi penasaran gimana cara bikin animasi hehe

Minggu, 19 Februari jam 17.00

@bulanhitam nama blogmu udah tak masukkin blogroll ku loh hehe

Selasa, 8 Mei jam 09.00

Tulisan terbaruku neh "Saat Kau ditampar Ibu" klik di http://bit.ly/rsKdI8

Dari tweet tanggal 8 Mei ini, kita bisa melihat blog Ridwan Saleh. Nah, blognya ternyata kebanyakan berisi tentang ekspresi hatinya. Aku menduga Ridwan mengalami ketidakadilan kasih dari orangtua, sama seperti Cahyo.

Sekarang mari kita lihat blogrollnya."


BAGIAN 3. BLOG BLOG DAN BLOG

"Hmm tak ada nama Cahyo atau bulanhitam disitu." kataku.

"Nama gak penting di dunia maya Paklik. Di blogroll ada 25 nama dari alamat blog yang harus ditelusuri. Aku temukan tiga blog yang tulisannya berkaitan dengan dunia komputer, sisanya bervariasi.

Satu diantaranya punyai identitas yang jelas bukan Cahyo, sedangkan dua lainnya perlu kita cermati."

"Coba kulihat dulu" kata Johan sambil mengamati blog dengan seksama."Kalau aku yakin yang ini" dia menunjuk pada blog dengan nama lilin tenggelam.

"Keduanya milik Cahyo Pak,"

Johan tertawa,"Ok ok, gimana-gimana?"

"Sebelumnya mari kita ke website ini, untuk melihat kurikulum akademik jurusan teknik informatika kampusnya Cahyo." Kata Sri sambil membuka tab browser baru dan membuka sebuah halaman PTS.

"Di jurusan ini nantinya mahasiswa akan diarahkan ke beberapa mata kuliah konsentrasi yakni : pemograman, jaringan komputer, dan multimedia. Pemilihan ini didasarkan pada minat mahasiswa sendiri. Nah, sekarang kita lihat blog yang bernama lilin tenggelam. Blog ini memulai posting pada tanggal 3 Desember tahun lalu dan tidak aktif lagi semenjak tanggal 7 Januari tahun ini. Dia mencamtumkan emailnya di blog yang dibuat di blogspot ini.

Blog yang kedua bernama buka jendela. Blog wordpress ini memulai posting tulisan pada tanggal 14 Januari tahun ini. Pak Johan mungkin bisa membedakan kedua blog ini dari segi isinya. Blog yang pertama, isinya penuh dengan bahasa pemograman yang aku juga tidak paham benar artinya. Sedangkan blog yang kedua isinya lebih mengarah pada design animasi."

"Owh aku paham. Jadi si Cahyo ini awalnya tertarik pada pemograman tapi lama kelamaan lebih menyukai multimedia." jelas Johan,"Tapi, sebentar..." Dia membanding-bandingkan kedua blog ini.

"Jangan dilihat dari tampilannya Pak," Sri mengeklik tulisan terakhir blog lilin tenggelam,"Baca sampai selesai Pak,"

Disana tertulis,

...Tampaknya aku lebih menyukai dunia ini (animasi -red). Pemograman terlalu rumit buatku. Dan aku ingin bikin blog baru. Ya, blog baru dunia baru.

"Hmmm OK OK. Lalu clue nya dimana Sri?"

- - -

BAGIAN 3. PERMATA

"Sekarang kita fokus ke blog yang baru, karena kisahnya dimulai dari sana. Mari kita telusuri satu persatu posting tulisannya. Dia itu rajin memposting tulisan setiap Hari Sabtu dan Minggu. Coba lihat, ada postingan tulisan berjudul 'animasi terindah' pada tanggal 28 Januari."

Johan nyengir setelah tahu. Aku lalu ikut membacanya.

Minggu kemarin aku bertemu dengannya. Wanita yang biasa saja tapi ternyata tak biasa. Aku memang belum pernah punya perasaan seperti ini. Dia yang mampu untuk getarkan hatiku. Dia yang bisa membuka jendela duniaku yang lama tertutup tirai siksa....

... tak bisa kulupakan, meskipun bayangnya telah berlalu. Ya, tak bisa dan tak ingin aku lupa. Bahkan aku rela mengubah password emailku dengan tanggal lahir dan nama dia.

"Ohhh nanti akhirnya mereka putus gitu?" tanya Johan.

"Sebentar Pak, jangan terlalu cepat menyimpulkan. Kalimat terakhir dipostingan tadi penting loh."

Johan menggaruk-garuk kepala. "Sri, kamu mo masuk ke email Cahyo? Buat apa?"

"Tenang, semua ada alurnya Pak. Sekarang mari kita lihat posting terakhir Cahyo tanggal 20 Mei. Lihat, dia coba membuat tulisan animasi tiga dimensi, bunyinya

Nia 

Aku tak akan mundur

Aku tak akan menyerah

Ini semacam ungkapan kalau Cahyo kemungkinan telah melakukan komunikasi berulang kali."

"Maksudmu merayu gitu Sri?"

Sri mengangguk geli. Dia melihat jam dinding, lalu menatapku sepintas. Bagiku ini isyarat kalau dia ingin segera pulang.

"Cepet aja yuk Pak. Kita bisa tahu email Cahyo dari blog pertamanya yakni yowcahutomo@gmail.com. Sekarang tinggal kita coba memasukkan sandinya."

"Dari mana kita tahu tanggal lahirnya Nia?" tanyaku spontan waktu itu.

"Dari Facebooknya Nia, Paklik."

"Loh username Nia kan banyak banget, mo ditelusuri satu persatu juga?"

"Ya gak lah Pak Johan, yang ini terlalu banyak kalau hanya dicari dengan kata kunci Nia. Kita mulai mencarinya dari akun Facebooknya gurun gersang. Aku login Facebook pake usernameku dulu, agar akses pencarian lebih mudah."

Sri pun menunjukkan hasil pencariannya tadi pagi. "Terdapat tiga akun bernama gurun gersang. Setelah dibuka satu persatu, terdapat satu akun yang punyai real name Ridwan Saleh. Akun itu memang diprotect, tapi masih terlihat friendlist nya. Dari friendlist tersebut ternyata terdapat akun yang punyai profil picture yang sama dengan header image blog Cahyo yang pertama. Memang sih, gambar bisa ribuan kali sama di dunia maya. Jujur, tadi awalnya aku juga masih sekedar menebak kalau akun ini milik Cahyo. Tapi kan ga ada salahnya tebakan itu dilanjutkan dengan penulusaran."

Kata-kata terakhir Sri ini membuat Johan tersenyum sembari menatapku. Sepertinya ia punyai pendapat yang sama denganku, gadis bernama Sri ini memang getol!

"Username akun ini menggunakan bahasa asing yang belum bisa kuterjemahkan dengan google translate. Sebenarnya bisa lewat advance search tapi itu mungkin akan memakan waktuku, jadi ga kulanjutkan hehehe"

Aku rada ngerti dengan dunia komputer dan internet, tapi belum sampai mencoba hal-hal seperti yang Sri katakan.

"Setelah kita buka, akun ini ternyata juga diprotect, tapi friendlistnya masih keliatan. Nah, kebetulan difriendlist ini terdapat akun bernama Nia Permata Utami. Aku buka deh.

Atas kuasa Tuhan, kita diberi petunjuk yakni akun milik Nia ini tidak diprotect biografinya. Masih terlihat tanggal lahir, meski tahun lahirnya tidak dicantumkan. 10 Agustus."

Emailnya juga masih bisa kubaca jelas permatautami@gmail.com "Lalu kamu masukkan tanggal ini sebagai password email Cahyo?" tanyaku.

"Ga segampang itu Paklik. Kita harus cari kombinasi yang tepat agar bisa masuk. Petunjuk yang pasti adalah pasword untuk email di gmail itu minimal delapan karakter. Walaupun ga dibatesi kesalahan loginnya tapi kalau ga hoki ya bisa bikin laper perut."

"Tadi aku buat pilihan :

1008utami

Utami1008

1008permata

permata1008

Dan masih buanyak sebenarnya kombinasi yang bisa kita coba."

"Gambling dong?" kataku

"Mmm, menurutku bukan deh Paklik, ini namanya trying."

"Nah pas percobaan keempat tadi aku berhasil. Aku pakai password 'permata1008'"

Sri lalu menunjukkan inbox email milik Cahyo. "Si Cahyo ini tidak mengatur email masuk, sehingga semua bercampur jadi satu di inbox. Aku udah nyari pesan masuk yang berasal dari alamat email Nia, tapi ga ketemu.

Disini bisa kita lihat kalau Cahyo menggunakan email ini untuk akun Facebook dan Twitternya. Jadi, langsung aja kita lihat akunnya satu persatu, mulai dari Twitter. Kita akan pura-pura lupa password agar Twitter mengirim password reset ke email ini. Ntar yang akun Facebook juga begini caranya biar bisa masuk."

"Ok, sekarang kita sudah menguasai semua hehe, tinggal nyari tahu kalau ada petunjuk disana. Di akun twitter ternyata aku sudah mengecek tidak ada yang aneh seperti di tweets dan message inboxnya. Sekarang mari kita lihat akun Facebooknya."

"Tak pernah dikirimi wall, tak pernah update status, kebanyakan bikin notes-notes" ujarku setelah membaca akun ini.

"Itu karena dia ngotak-atik setting privacy Paklik. Jadi teman hanya bisa ngeliat biografinya saja. Itupun super singkat.

- - -

BAGIAN 3. ANAK, IBU & BAPAK

Semua notesnya juga disetting privacy nya ke 'only me', dan kebanyakan bisa kita baca isinya adalah dairy. Aku buka yang terbaru ya."

Kami membacanya. Cahyo menuliskan perasaannya menjadi anak yang tak pernah diberikan perhatian oleh orang tuanya sendiri. Ada notes yang sangat dalam artinya, dipostkan pada tanggal 16 Desember tahun kemarin. Kami menjadi tahu kalau ternyata pada Bulan Mei tiga tahun yang lalu, bapak kandung Cahyo telah meninggal. Bapak yang sekarang ini adalah bapak tiri, menikah dengan ibunya tujuh bulan setelah wafatnya sang bapak.

Salah satu pertimbangan ibunya menikah lagi adalah agar Cahyo ada yang mengurus dan menemani di rumah, karena setelah menikah lagi, dia akan bekerja ke Malaysia. Cahyo menulis pula bahwa bapak tirinya itu tak sepenuhnya menyayangi keduanya.

Cahyo juga mengurai pula beberapa pengalaman tak enak bersama Ratno. Ia pernah dipukul karena dianggap tidak becus saat latihan mengendarai motor. Akhirnya dia kuliah naik sepeda kayuh, sedangkan motor dipakai bapaknya mencari kesibukan yang tak jelas.

Hal yang paling mencengangkan adalah kisah di akhir notes itu yang membuka fakta bahwa Ratno telah berselingkuh! Ya, dia berulang kali membawa seorang wanita ke rumah dengan mesranya.

Cahyo berkali-kali diancam akan lebih dikasari, jika ia melapor tentang perbuatan bapaknya itu. Andaikan berani, ia juga tak tahu bagaimana cara menghubungi ibunya yang jauh. Benar-benar anak yang malang.

Ia menulis lagi, di notes yang berbeda, kalau dia ingin ibunya kembali tinggal bersamanya di rumah dan bercerai dengan suami barunya itu. Untuk masalah biaya hidup ia sanggup mencari pekerjaan sampingan.

Tampak bahwa Cahyo sangat menyayangi ibunya.

- - -

BAGIAN 4. TENTANG RASA

"Teman Cahyo cuma 20, diwall cuma ketulis kegiatannya ngoment ke Nia." kata Johan setelah ngeliat lagi akun itu. Sri lalu mengeklik beberapa komentar Cahyo di status update Nia. Kebanyakan seperti ngasih perhatian, fulgar banget ngungkapin rasa cintanya. Oiya, ga ada mutual friends diantara mereka.

"Coba liat ini." Kata Sri sambil mengeklik message inbox di tab baru.

"Dua pesan terakhir ini yang jadi acuan kita. Tanggal 20 Mei jam 20.50 dari Nia Permata Utami, sedangkan jam22.00 dari Prio Santoso.

Isi pesan dari Nia yang ternyata saling berbalas dengan Cahyo :

Dikirm tanggal 14 Mei, jam 09.17

: Maaf kemarin tidak menjawab lagi chatinganmu Mas Cahyo, karena saya tidak enak dengan Mas

Direplay oleh Cahyo tanggal 14 Mei, jam 10.21

: Apa sih yang kurang dari aku? Apa kamu benci aku karena aku jelek?

Replay Nia tanggal 15 Mei, jam 07.00

: Ya Tuhan, tidak Mas Cahyo, tidak... Demi Alloh tidak. Jujur, saya senang ada yang memberi perhatian saat saya senang maupun sedih. Tapi saya hanya ingin agar kita bersahabat saja Mas, kan tetap bisa saling berbagi dan mengingatkan. Saya rasa belum waktunya saya menjawab pertanyaan Mas di chatingan itu. Sekali lagi maaf Mas Cahyo...

Replay Cahyo 20 Mei, jam 08.40

: Aku rasa itu bukan alasan yang sebenarnya. Pasti kamu anggap aku ini jelek, hitam, botak, miskin lagi.

Replay Nia 20 Mei, jam 09.02

: Demi Alloh tidak Mas Cahyo... saya senang bersahabat dengan Mas.

Replay Cahyo 20 Mei, jam 09.05

: Sekarang saja kamu ga memakai chat meskipun aku tahu kamu sedang online, apa kamu sengaja menghindar dariku?

Replay Nia 20 Mei, jam 10.03

: Mas Cahyo, saya akan memberikan alasan jelas nanti malam jam21. Sebelumnya saya mohon maaf bila ada kesalahan.

Replay Cahyo 20 Mei, jam 10.06

: Kenapa ga sekarang saja?

Replay Nia 20 Mei, jam 20.50

: Maaf Mas, tadi pagi saya harus offiline karena menolong teman saya yang dipukuli pas demonstrasi. 

Mas Cahyo... dari hati yang paling dalam, saya sangat bersyukur kepada Tuhan dan berterimakasih kepada Mas yang telah banyak memberikan dukungan, perhatian dan semangat. Saya sangat berharap agar kita masih dapat berteman, karena saya punyai sifat senang berteman dan sangat sedih jika dimusuhi. Apalagi temannya sebaik Mas Cahyo...

Tentang pertanyaan Mas yang sangat berat itu, terpaksa saya harus menjawabnya.

Sebenarnya saya sudah dilamar oleh lelaki lain dan saya juga telah memantapkan ia dihati saya. Jadi, sekali lagi saya meminta maaf Mas Cahyo...

Mari kita tetap berteman dan saling mengingatkan dalam kebaikan.

Tidak dibalas lagi oleh Cahyo sampai sekarang."

"Hmm patah hati trus minggat nih ceritanya" kiraku

- - -

BAGIAN 5. BAGAI KEPOMPONG

"Sebelum minggat ada ceritanya juga Paklik. Kita baca pesan dari Prio Santoso

Dikirim Prio tapi ini replay dari pesan awal dari Cahyo tanggal 20 Mei, jam 21.30

: Masih ingat aku? Kalau masih nganggep aku teman, temui aku di 'batu gowokan'. Sebelum azan subuh. Setelah itu, sumpah, aku mati.

Replay dari Prio, tanggal 20 Mei, jam 22.04

: Cahyo, bercanda kamu? Aku masih di Semarang. Kamu punya nomer HP ga? Nomerku 08562630360

Direplay lagi dari Prio, tanggal 20 Mei, jam 22.40

: Cahyo?

Nah sampai di sini menurutmu bagaimana Pak Johan? Oiya bapak perlu menyimpan nomer Prio itu."

"Kalau menurutku, kita harus memanggil si Prio itu. Sepertinya dia yang bertemu terakhir kali dengan Cahyo."

"kayaknya lucu deh Pak" kataku, "Kita ga punya bukti loh kalau dia bertemu dengannya. Bisa jadi dia mengabaikan message itu."

"Hmm bener juga. Lalu gimana?"

"Nah jadi bingung," jawabku cepat.

Sri kemudian membuka akun Facebook milik Prio Santoso. Ternyata wall akun tersebut disembunyikan. Hanya terlihat biografi singkat serta webblognya. Di akun tersebut mutual friendnya hanya Cahyo saja.

"Coba lihat blognya." pinta Johan.

"Nah itu yang mau kukatan. Sekarang gantian Pak Johan nelusuri blognya Prio, aku mo minum dulu." Sri lalu beranjak dan duduk di kursi tamu sembari meminum teh dengan santainya. Johan mengambil alih dan langsung membuka blog itu.

"Wah blognya penuh bahasa kedokteran, bikin pusing!" Johan lalu menyulut batang rokok baru dan menyedot asapnya dalam-dalam, seperti ingin menghabiskan sebatang itu sekaligus.

Setelah beberapa lama, "Yang ini ya? Judulnya Reuni Keluarga Besar di Tempat Paman Tommy."

"Kog bisa Pak Johan menyimpulkan yang itu? Trus apa clue nya?" tanya Sri

"Kubacakan, 'Sungguh Desa Batur adalah desa yang asri. Pantes Paman Tommy habis pensiun bikin rumah trus tinggal disini. Bagiku tempat ini sungguh damai, jauh dari bisingnya dunia luar. Bahkan kalau aku boleh bilang tempat ini bisa jadi pengasingan hahaha.'

Jadi kalau analisisku, Prio berhasil menggagalkan Cahyo untuk bunuh diri, dengan cara atau suatu alasan tertentu, trus dia memintanya untuk tinggal di tempat pamannya itu."

"Yup, seperti itulah." kata Sri sambil tersenyum lebar. "Trus apa rencanamu Pak Johan?"

"Yang jelas aku akan menelpon polsek Desa Batur itu, lalu kuminta mereka mengecek apakah benar di desa itu ada nama Tommy dan apa benar dia menampung orang asing bernama Cahyo. Rencana ini akan kulakukan sebelum kuhubungi Prio, karena kalau kuhubungi Prio dulu, takutnya dia akan melakukan upaya ceroboh."

"Betul Pak, sip sip. Paklik ayo pulang."

---

BAGIAN 6. GAYUNG BERSAMBUT

Hari Selasa sore, 24 Juli, Johan datang ke warung koran. Sri sedang asik membaca majalah komputer. Kebetulan aku juga sedang disana.

Diskusi kasus pun dimulai. Tadi pagi Johan sudah mendapatkan laporan dari Polsek Batur tentang keberadaan seorang pemuda asing yang memang sedang berada di rumah Pak Tommy di Desa Batur, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.

Johan belum mengontak Prio, namun dia mengatakan akan segera melakukannya untuk mendapatkan cerita yang utuh. Permasalahan berikutnya adalah masalah pemulangan Cahyo yang tidak etis kalau dilakukan dengan pemaksaan. Harus dengan pendekatan dari orang yang benar-benar disayangi olehnya.

"Kita bawa aja ibunya, beres kan? "

"Ah itu kurang kuat Pak. Kan permasalahan Cahyo juga tentang cinta."

"Nia?"

"Yup, begini saja Pak Johan, kita bagi tugas. Aku mendekati Nia, trus Bapak yang berbicara empat mata dengan Bu Murti tentang kasus ini dan perasaan Cahyo yang sebenarnya. Ingat loh Pak, bapak tirinya jangan sampai tahu dulu, ntar dia malah interupsi.

Aku ngusulin besok Minggu kita ke Desa Batur itu." kata Sri yang menatapku sekilas dengan ekspresi wajah khasnya. Haha, dasar Sri, ada ajah cara biar bisa piknik gratis.

"Kalau ibunya Cahyo sih kemungkinan besar mau, tapi kalau Nia?"

"Tenang Pak, Nia pasti mau. Kemarin aku ngeadd Facebooknya dan langsung diterima. Trus aku menjelaskan semua kejadian ini. Intinya dia pasti siap membantu kita."

"Sebentar, bukankah kedatangan Nia malah akan semakin menyakitkan perasaan Cahyo?" tanyaku. Johan mengangguk-angguk.

"Santai saja. Aku jamin." jawaban pendek Sri ini terdengar mantab, membuat kami yakin saja.

- - -


BAGIAN 7. BATU GOWOKAN

Hari Jumat pagi tanggal 27 Juli, Johan ngeSMS aku, kalau sorenya akan ke warung koran. Aku pun diajak untuk ikut berdiskusi. Kali ini Johan mengajak dua orang temannya yang juga polisi reserse.

"Aku kemarin sudah ke Semarang, Sri." kata Johan.

"Sudah beres?"

"Beres! Begitu aku ceritakan kehidupan Cahyo serta rencana untuk mengembalikan masa depannya, dia lalu menceritakan proses perginya Cahyo serta kisah cinta yang ia dengar sendiri dari sahabatnya itu.

Awal kisahnya adalah saat Cahyo sering hotspotan setiap Hari Sabtu atau Minggu. Kegiatan rutin ini dilakukan di kampusnya karena gratis. Suatu hari dia penasaran untuk mencoba hotspot Perpustakaan Kota Yogyakarata. Disana ia bertemu dengan seorang mahasiswi bernama Nia. Seorang wanita yang bicaranya pelan dan santun. Pakaiannya sangat sederhana tapi rapi dan nampak keibuan. Wanita seperti itulah yang ia sukai.

Entah apa yang membuatnya begitu tertarik terhadap Nia. Setelah pertemuan itu dia mengadd Nia di Facebook lalu memberikan perhatian dengan mengomentari status Nia dan mengajak chating bila kebetulan sama-sama online.

Suatu ketika, Cahyo mengungkapkan isi hatinya dengan menanyakan sesuatu yang berat dirasa bagi sebagian wanita termasuk Nia,"apakah engkau mau jadi isteriku kelak". Tentu saja pertanyaan ini sangat berat jawabannya apalagi kalau hubungan belum jelas terjadi.

Akhirnya suatu hari, mungkin Nia sudah kehilangan jawaban yang jernih, dia menjawab kalau sudah dijodohkan oleh orang tua dan dia juga menyukai orang yang telah melamarnya itu. Itulah kehancuran hati yang paling dalam dirasakan Cahyo.

Cahyo, merasa tak punyai harapan hidup lagi. Sebagai orang yang pendiam dan tertutup ia tak pernah menyatakan perasaan itu kepada siapapun. Segala siksa batin ia tanggung sendiri. Hingga akhirnya tak tertahankan lagi ketika ia tiba-tiba ingat Prio di Facebooknya dan mengiriminya direct massage yang intinya "Sebelum aku mati temui aku di 'batu gowokan'. Nanti sebelum azan subuh!"

"Cahyo, kamu bercanda? " Prio mereplay, namun pertanyaannya ini ga ditanggapi oleh Cahyo. Sebenarnya saat itu Prio ingin mengontak orang tua Cahyo, namun karena ponselnya baru, nomer telpon rumah Cahyopun hilang. Merasa khawatir, Prio segera meluncur dari Semarang dengan motornya. Ia tahu bahwa setiap yang Cahyo sampaikan, 90% serius.

Tempat yang dimaksud Cahyo yakni 'batu gowokan', adalah batu buatan yang terletak di samping rel kereta api di Desa Caturtunggal Depok Sleman. Batu itu memiliki sejarah yang spesial bagi mereka. Dulu sepulang dari sekolah, mereka sering bersama menyusuri rel kereta api, lalu duduk di batu itu untuk sejenak rehat dan ngobrol-ngobrol. Saking seringnya mereka berhenti di batu itu, akhirnya mereka menamai batu itu dengan 'batu gowokan'. Nama Gowokan sendiri adalah nama dusun disekitar situ.

Sesampainya Prio di sana, didapatinya Cahyo duduk di rel kereta api. Tampaknya kekhawatiran Prio terbukti, Cahyo akan menabrakkan dirinya ke kereta api. Cara bunuh diri yang dipakai kebanyakan orang yang depresi.

"Cahyo!" Prio berlari hendak langsung memegang Cahyo.

"Jangan mendekat!"

Itulah suara terkeras Cahyo yang pernah didengar Prio selama ia berteman dengannya.

"Ambil kotak itu. Baca dan sampaikan pada wanita yang namanya kutulis disana." Cahyo sambil menunjuk kotak kecil di atas batu yang mereka namai 'batu gowokan'. Batu itu jaraknya sembilan meter dari rel itu. Prio mengambil dan membacanya.

"Pri, aku percaya kamu, bilang sama Nia, aku memang tak bisa bersama dengannya di dunia yang kejam ini, namun di alam lain pasti aku bisa"

"Cahyo, kamu kenapa sih?"

"Cepat pergi Pri!"

"Hey hey....lihat aku Yo," Prio berjalan siput kedepan.

"Demi Tuhan, aku bersumpah, kalau kamu ga ngomong dulu, aku akan buang kotak ini ke sungai. Jadi...yang Nia tahu kamu hanya mati konyol dipagi hari, bukan mati karena cinta!"

Cahyo menoleh ke Prio.Tanpa berkedip, Prio pun pandangi teman SMAnya itu, dan mengangguk sekali tapi pasti "Kamu masih punya aku Yo"

"Bohong, kamu ga pernah main ke rumah lagi. Pergiiiiiii !!!"

"Aduh Yo, kamu kan tahu aku kuliah di Semarang. Jadwal praktikumku padet banget Yo. Jangankan sama kamu, sama bapak ibukku saja jarang ketemu, ini saja kubela-belain kesini padahal besok senin aku ada ujian.

Ayolah Yo, dipikir lagi.Kamu putus cinta ya? Atau ditolak?

Ayo Yo ngomong sama aku"

Tatapan Cahyo masih kosong, seperti menatap alam gaib.

"Yo! Nyebut Yo nyebut. Kamu masih punya bapak ibu yang sayang kamu, mereka..."

"Enggakkkk!!!" omongan Prio disambarnya.

"Kamu ga tahu Pri, ga tahu!" suara cahyo terisak-isak. "Aku ga pernah merasa punya keluarga. Aku ini kayak anak buangan Pri!"

"Tak pernah aku dimanja sedikitpun seperti anak lain." tangisan Cahyo getarkan hati Prio. "Saat anak-anak lain diberi perhatian saat jatuh dari motor, aku diberi tamparan dari bapakku sendiri! Dikira ga becus naik motor Pri!

Ibuku yang paling kusayangi juga ingkar janji. Katanya dia mo pulang awal tahun ini. Tapi nyatanya, tak ada kabar sedikitpun!"

"Yo, aku paham Yo. Aku juga merasa..." suara Prio serak. "Tapi mati bukan jalan terbaik Yo. Apalagi soal cinta..."

"Nia adalah satu-satunya!" Cahyo memenggal ucapan Prio. "Dia tak akan tergantikan. Aku pernah ingin membujang seumur hidup kalau tak bisa mendapatkannya, tapi aku pikir itu tak cukup! Lebih baik mati dan mencintainya di alam lain."

Prio menarik nafas dalam-dalam.

"Yo...masih ingat kan," Prio duduk di rel yang sama dengan Cahyo, cuma agak jauh.

"Dulu kita sering pulang bareng habis sekolah. Aku jalan di rel kiri kamu yang kanan. "

"Kamu pasti juga masih ingat waktu kita jalan di rel, trus dari arah timur ada dua orang waria yang juga berjalan di rel yang sama. Trus aku suruh kamu jangan menepi biar dikira kita gentleman, dada lawan dada. Ternyata mereka juga ga mau mengalah. Dikira mo nglawan, kita malah dikejar."

Tak disangka, seulas senyum sekilas nampak di bibir Cahyo.

"Ingat Yo, orang yang bunuh diri itu sama aja keluar agama. Neraka Yo!"

Cahyo menerawang langit dini hari. Bintang masih keliatan jelas disana.

"Hidup ini banyak solusinya Yo.

Dari pada mati, mending minggat dari rumah trus keluar jogja, beres kan? Semua cerita sedih biar terkubur mati di kota ini"

Cahyo setengah menoleh. Prio kembali berpikir sejenak

"Begini aja Yo, ntar kamu kuantar kerumah keponakanku di dekat Pegunungan Dieng, kujamin tak ada yang bisa menemukannmu. Kamu bisa tinggal tenang disana. Sampai tua juga bisa. Lupain aja Yo semua masa lalu itu. Trus mulai hidup baru deh."

Sekarang Cahyo benar-benar menoleh sembari pandangi mata temannya itu. Prio pun mendekat dan duduk disamping Cahyo, sambil merangkul temannya yang masih sesenggukan ini.

"Aku bersumpah demi Tuhan dan persahabatan kita, aku adalah orang yang bisa dipercaya." kata Prio yakin, sambil mengangguk-angguk.

Itu cerita dari Prio."

"Berarti dia mau kerjasama dalam rencana kita itu kan?" tanyaku. Anggukan kepala Johan mengiyakannya."Trus ibunya Cahyo gimana?"

"Kemarin aku jemput dia ke Polres. Trus kujelasakan semuanya. Dia sempat tak percaya, kemudian kutunjukkan buktinya. Setelah itu tampaknya dia masih kurang percaya sama kami, ya sudah kami ajak aja dia besok Minggu. Biar anaknya sendiri yang ngasih tahu kebenarannya."

- - -

BAGIAN 8. ADA TUTUR DI DESA BATUR

Minggu 29 Juli.

Tim yang berangkat adalah aku, Sri, Murti, Nia, Prio, Johan dan satu polisi reserse.

Sesampainya di rumah Pak Tommy, kami langsung bertemu Cahyo yang saat itu sedang duduk di teras. Karena kedatangan kami tanpa kabar, Cahyo terlihat shock. Ia lebih terkejut lagi ketika Murti muncul dengan beruari air mata.

Keduanya langsung berpelukan dalam suasana haru. Gemetar saat melihatnya. Kedua cewek yang masih di dalam mobil terlihat juga terharu.

Saat itu Sri meminta Nia agar tetap berada di dalam mobil. Aku, Johan dan Prio keluar mobil untuk menemani Murti membujuk anaknya pulang.

Murti bertanya langsung kepada anaknya, tentang cerita yang pernah Johan jelaskan. Cahyo pun menjelaskan semuanya, tanpa ada yang ditutup-tutupi. Ternyata sama! Seketika itu juga, Murti kembali merangkul Cahyo. Ia berulang kali meminta maaf kepadanya. Cahyo pun melakukan hal yang sama.

Tiba-tiba, "Assalamu'alaikum..."

Muka Cahyo jadi pucat! Seakan tak percaya siapa yang telah datang. Jawaban salam kami sampaikan sambil mempersilahkan Nia duduk. Pelan ia mengatakannya,

"Mas Cahyo dan Ibu Murti... kedatangan saya ingin meminta maaf yang sedalam-dalamnya.

karena dulu pernah berdusta. Sebenarnya saya..." sambil menunduk,"saya belum dilamar.

Saat itu saya khilaf hingga berdusta. Maafkan saya Mas Cahyo."

Tanpa bicara apapun Cahyo langsung berdiri dan berlari ke depan teras. Dengan cangkul kecil dia menggali-gali tanah disitu. Tanda tanya besar menempel di semua kepala kami, kira-kira sedang apa dia?

Sembari menunggu Cahyo, aku lihat Murti berbisik menanyakan sesuatu kepada Nia. Tampak Nia menjawab dengan anggukan dan seulas senyum. Murti pun langsung memeluknya erat-erat.

Cahyo kembali duduk dengan sebuah benda kotak kecil di tangannya. Prio mengucap tasbih saat itu juga.

- - -

Sebulan berlalu. Kudengar dari Sri, Murti akhirnya menetap bersama anaknya, dia juga memutuskan cerai dengan Ratno. Murti bekerja sebagai buruh pabrik, sedangkan Cahyo kembali meneruskan kuliah. Cahyo juga menekuni kerja sambilan sebagai operator di sebuah warung internet.

Dan...,

suatu ikatan telah terjalin indah. Cahyo telah resmi bertunangan dengan Nia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun