Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Satu Malam yang Mencekam

9 Mei 2020   16:48 Diperbarui: 9 Mei 2020   18:43 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit Cijoho redup, awan menyelimuti. Matahari tertahan sinarnya. Embun pagi masih bergelayutan di antara dedaunan. Rumput-rumput masih basah tersapu ayunan langkah peserta kegiatan yang berjalan gegap gempita.

Hari ini akan memulai kegiatan yang menentukan dirinya menjadi anggota penuh atau tidak. Sebuah syal kebanggaan berwarna kuning terang sebentar lagi akan menghiasi leher dan pundak mereka. Dengan syal itu mereka akan lebih mendapat pengakuan di sekolah, dan berhak terlibat dalam kegiatan PMI di lingkungan kabupaten. 

Ahmad mulai membelokkan arah perjalanan. Jalan setapak terbentang panjang. Terjal berkelok-kelok dan menajak. Defan dan Husen berjalan paling belakang, menjaga jarak dari pejalan kaki yang lain. Ada pembicaraan serius di antara mereka.

**

Pukul 11:30

Seluruh peserta dan panitia sampai di puncak bukit. Sebuah lapangan sepak bola yang luas dengan rumput yang hijau menjadi tempat peristirahatan yang cukup nyaman. Beberapa orang berbaring meluruskan kaki dan tubuh mereka. Sebagian lagi hanya duduk selonjor dan bercerita tentang kesan selama perjalanan.

Sie acara memberi pengumuman bahwa semua orang boleh membuka perbekalan dan makan siang bersama sampai dengan jam 12:00. Setelah itu dipersilahkan untuk solat Zuhur, pukul 13:00 akan dimulai pendirian tenda secara serentak. Semua mengikuti kegiatan dengan baik.

Langit semakin gelap dan mendung mulai menjalar di langit Cijoho. Begitupun mendung di hati Defan dan Husen. Mereka memiliki kekhawatiran yang sama besarnya tanpa mau membagi kekhawatiran mereka masing-masing.

Defan malu terhadap Husen. Bagaimanapun ia adalah seorang ketua umum. Ia tak boleh terlihat gentar di hadalan seniornya. Husen pun tak mau membagi kekhawatirannya itu, ia tahu, jika ia bercerita maka bukan hanya Defan yang gentar, seluruh panitia dan peserta bisa jadi balik kanan dan kegiatan tak akan berjalan lancar. Akhirnya mereka memilih untuk tetap mengunci rapat rasa itu dalam hati masing-masing.

**

Pendirian tenda dipimpin Ferry dan kawan-kawannya. Team koorlap juga ikut terlibat. Defan, Ahmad, Siti, Tesha, Widi, Denny dan beberapa sie acara bergabung dengan kumpulan alumni untuk membicarakan sebuah hal penting.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun