"Tempat ini kenapa Fan?" Tesha penasaran.
"Ah, sudahlah. Sekarang kasih tahu panitia yang lain. 10 menit lagi kita turun. Hentikan kegiatan dan siapkan semuanya. Beritahu agar semua berkemas bawa perlengkapan dan barang-barang yang sekiranya penting dan mudah dibawa. Umumkan segera, untuk tinggalkan tenda. Semuanya kenakan jas hujan masing-masing, nyalakan lampu senter masing-masing. Sebelum berangkat kumpulkan semuanya di depan tenda sini," Defan memberikan perintah.
"Baik Fan..." Tesha bergegas.
"Widi, Bang Husen dan alumni lain di mana?"
Sejak tadi Widi sudah memulai mengemasi barang-barang yang berhubungan dengan kesekretariatan, dan beberapa barang yang mungkin rusak jika terkena hujan.
"Tadi berkeliling bersama Denny mendatangi tenda-tenda peserta Fan."
"Baiklah, akan aku cari dia." Deffan keluar tenda dan bergegas mencari Husen, Agas, dan yang lainnya. Sementara Widi bertahan dalam tenda yang gelap. Hanya berteman lampu darurat. Berusaha bertahan di keheningan malam dan sayup-sayup suara-suara kawan-kawannya di luar tenda yang letaknya agak berjauhan. Widi gentar, tapi kali ini ia harus berani.
**
Jalanan yang licin dengan susah payah akhirnya bisa dilalui oleh peserta dan panitia. Penderita asma sudah aman di dalam masjid. Yang kakinya kram, sudah ditangani dan bisa berjalan kembali. Semua orang turun dan berdiam di masjid perkampungan. Sementara Ahmad dan dua orang temannya sesama koorlap memilih tetap tinggal di perkemahan, dengan alasan menunggui barang-barang. Ditemani Joko, alumni angkatan 2004.
Gerimis mulai mereda, jam menunjukkan pukul 20:30. Kegiatan diisi dengan kegiatan mentoring dan kegiatan kerohanian.
 Defan, Tesha, Widi, Siti dan Denny kembali berkumpul. Mereka adalah panitia inti. Mereka juga sudah menjadi sahabat sejak lama. Semua pendapat selalu bisa disatukan jika dengan mereka. Husen dan Agas tak lupa bergabung dengan mereka. Membicarakan plan B agar acara tetap bisa berjalan lancar.