"Setelah mentoring acara selanjutnya apa?" Agas melontarkan pertanyaan.
"Istirahat Bang. Lalu nanti dibangunkan untuk jurit malam." Jawab Tesha.
Badan Tesha mulai tak enak. Tadi ia telat makan. Ia adalah penanggungjawab acara. Ia yang lebih banyak berhubungan dengan peserta. Saat akan makan tadi hujan menderas, Tesha harus segera memberi pengumuman kepada peserta tentang pengalihan acara. Makan malamnya tertunda. Kini perutnya terasa kembung dan sedikit pusing.
 "Lalu bagaimana sebaiknya? Apakah jurit malam akan tetap dilaksanakan? Sedangkan Koorlap kita semuanya ada di perkemahan. Koorlapnya merajuk. Ha ha ha." Denny terbahak mengingat sikap Ahmad yang bersikeras tak mau ikut turun.
"Sudahlah... Biarkan dia. Lagian lumayan kan jadi ada yang menjagai tenda dan beberapa barang panitia yang ada di atas," ujar Siti.
"Jurit malam akan tetap dilaksanakan walau tanpa koorlap," jawab Deffan dengan mantap.
"Yang membuat rute nya?" tanya Tesha dengan dahi mengernyit.
"Denny, Widi, dan Kamu," ujar Deffan
Sebagai ketua pelaksana, sama sekali Defan tidak sedang bercanda. Kali ini apa yang diucapkannya adalah perintah. Bagaimanapun ia adalah ketua organisasi. Dia yang harus dituruti malam ini.
Husen dan Agas saling pandang.
"Begini saja, yang membuat rute biar Husen saja. Husen kenal daerah ini. Ya kan Sen?" Mata Agas  mendelik ke arah Husen. Dibalas anggukkan Husen.