Team kesehatan segera mendatangi tenda peserta yang bersangkutan. Hujan masih turun. Namun tidak sederas tadi siang. Sebagian hampir putus asa jika acara akan bisa dilangsungkan. Sebagian lagi tetap memiliki harapan jika nanti malam hujan akan mereda.
Penderita asma ditangani. Diberikan bantuan pernafasan melalui tabung oksigen kecil yang disediakan.
Satu peserta kembali melapor. Di tendanya ada yang kaki nya kram. Team kesehatan yang lain kembali bekerja menangani yang sakit.
"Sepertinya peserta harus kita pindahkan," Ujar Defan.
Suara gemericik air di luar tenda terdengar jelas. Suasana lapangan sepak bola sunyi. Beberapa panitia berjaga di luar dan di beberapa tenda peserta dengan penerangan lampu senter seadanya. Lampu lilin yang disiapkan dengan lampionnya tak jadi dipasang karena hujan belum juga reda.
"Jalan licin, apakah tidak akan membahayakan kawan-kawan kita?" Ahmad meragukan rencana Defan.
"Apa kamu mau yang sakit bertambah banyak?" Mata Defan tertuju ke wajah Ahmad yang terlihat samar-samar diantara remang sinar cahaya lampu senter.
"Kalau kita turun justru kemungkinan yang sakit makin banyak. Kita harus berjalan jauh dalam keadaan hujan. Belum lagi jalanan licin." Ahmad mengemukakan pendapat.
"Kita tak tahu sampai kapan hujan turun, dan kita tak bisa menjamin berapa yang bisa bertahan di sini dalam keadaan sehat. Kasihan sie kesehatan. Mereka mulai lelah bekerja padahal kegiatan kita baru saja dimulai."
"Aaaaaargh terserah!" Ahmad membentak.
"Apanya yang terserah. Aku yang bertaggungjawab dalam kegiatan ini, dan kamu, kamu telah gagal menentukan lokasi perkemahan. Tempat ini... tempat ini..." Defan tak melanjutkan kalimatnya.