Seketika Nonik teringat kalau ia belum membaca undangan dari sahabatnya itu.
Sudah, nanti aku akan datang yah. Jaga kesehatanmu!" Ucap Nonik, meyakinkan.
"Pasti. Terima kasih banyak, Nik. Aku sudah transfer upah gaun untukmu. Pakailah!" Balas perempuan itu sembari melaju dengan mobil putihnya.
"Terima kasih banyak, Ayu."
Nonik bergegas masuk kembali, menuju ke meja pribadinya.
Ia mengambil amplop cokelat yang belum sempat ia baca kemarin,
"Apa ini? Surat dari pengadilan?" Ia terkejut.
Ia membaca seluruh isi surat itu. Air matanya menetes, kian deras agaknya. Tubuhnya lemas, surat itu jatuh dari genggamannya. Tak ada angin tak ada hujan, ia diceraikan secara sepihak. Nonik tak percaya, ia menangis begitu hebat.
"NIK!" Teriak Nian, bergegas memeluk Nonik yang tubuhnya hampir menghantam lantai.
Tagisannya memenuhi ruangan yang luas itu, tak ada siapapun kecuali mereka berdua.
"Ni..an,," Ucap Nonik terbata. Nampaknya kesedihan berhasil menguasai seluruh tubuhnya. Mungkin hanya secuil tenaga yang tersisa.