"Iya, nik. Aku pasti akan mengundangmu. Jangan lupa ajak suamimu untuk hadir yah!" Ucap perempuan itu dan pamit untuk pulang.
"Sekali lagi terima kasih banyak, Nik." Sambungnya.
Ia tak menyangka, sahabat kecilnya itu kini menemukan tambatan hatinya. Ia berniat ingin menambah hiasan gaunnya guna memberikan gaun terindah untuk sahabatnya itu, sebelum ia benar-benar tak bisa bertemu denganya nanti.
Hari demi hari berlalu, tak terasa tiga hari lagi pernikahan sahabatnya itu digelar.
"Yes! Sedikit lagi selesai." Ucap Nonik bersemangat. Gaun itu ia hias khusus untuk sahabatnya. Pun tak ada kepastian dari suaminya disana.
"Nik, ada kiriman surat dari pos," ucap Nian di sela-sela semangatnya.
"Iya, taruh saja di meja! Aku ingin selesaikan gaun ini dulu."
Tak terasa hari makin gelap. Nonik segera menyimpan gaun yang sudah hampir selesai  dan menutup butiknya.
"Ah lega sekali pinggangku." Ucap Nonik berbaring di kasur.
Ada beberapa gaun pesanan bulan ini. Salah satunya gaun untuk sahabatnya, Ayu. Ia lelah sekali, tetapi ia sangat senang. Sedikit demi sedikit usaha butiknya itu mulai dikenal banyak orang.
"Tok..tok.." Â Pintu kamarnya diketuk.