"Oh iya, kau ingin memilih gaun bukan? Silahkan lihat-lihat dulu."
Perempuan itu mengelilingi seisi toko. Ada begitu banyak model gaun yang cantik. Tapi, ada satu gaun yang  begitu memikat dengan model anggun dan elegan. Hiasan nya tak begitu ramai, tapi cukup membuat siapapun yang melihatnya tak berkedip.
"Nik, aku ingin lihat gaun di balik etalase kaca itu bagus. Bisakah aku mencobanya?"
Nonik terdiam, perempuan itu ingin mencoba gaun pribadinya. Ia sengaja menyiapkan gaun itu untuk anniversary-nya bulan depan. Bahkan ia pun belum pernah memakainya.
"Itu gaun pribadi ku, Ayu."
"Tapi aku suka sekali dengan gaun itu, Nik. Kau bisa membuatnya lagi, bukan?"
Nonik menghela nafas, "Baiklah," ucapnya.
"Tenang saja, Nik. Aku akan membayar mahal gaunmu itu," rayu perempuan itu. Nonik hanya tersenyum dan mengangguk.
"Oiya, bagaimana dengan calonmu?"
"Dia anak buah ayahku, Nik. Mas Ari namanya.  Aku pun baru mengenalnya sebulan. Entah kenapa kami sudah saling  cocok dan akan menikah dua minggu lagi."
"Benarkah? Aku ikut senang mendengarnya."