Prinsip ini mendorong individu untuk tidak mencari lebih dari yang dibutuhkan dan untuk hidup dengan sederhana. Saperlune mengajak kita untuk memahami bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada akumulasi kekayaan atau pencapaian yang berlebihan.Â
Sebaliknya, kebahagiaan dapat ditemukan dalam kesederhanaan dan kepuasan atas apa yang kita miliki. Dengan menerapkan prinsip ini, kita dapat menghindari stres dan tekanan yang sering muncul akibat keinginan yang tidak terpuaskan.
3. Â Sa-cukupe (secukupnya)
Prinsip sacukupe menekankan pentingnya hidup dengan cukup, tidak berlebihan, dan sesuai dengan kebutuhan. Ki Ageng Suryomentaram mengembangkan ajaran ini berdasarkan pengamatan terhadap diri sendiri dan lingkungan. Ia berpendapat bahwa kebahagiaan sejati terletak pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tanpa terjebak dalam keinginan yang berlebihan.
 Sacukupe berarti menempatkan diri dalam keadaan yang seimbang, di mana seseorang tidak terjebak dalam siklus keinginan yang tiada henti, seperti semat (kekayaan), drajat (status sosial), dan kramat (kekuasaan).Â
Sacukupe mengajak kita untuk memahami bahwa kebahagiaan tidak bergantung pada pencapaian materi atau status sosial, melainkan pada kesadaran akan apa yang kita miliki dan bagaimana kita mengelolanya. Dengan hidup secukupnya, kita dapat menghindari stres dan kegelisahan yang sering muncul dari keinginan yang tidak terpenuhi. Hal ini sejalan dengan konsep mulur-mungkret, di mana kebahagiaan dan kesedihan bersifat sementara dan bergantung pada kondisi keinginan yang terus berubah.
4. Â Sa-benere (sebenarnya)
Prinsip sabenere mengedepankan pentingnya bertindak dan berpikir berdasarkan realitas yang ada, bukan berdasarkan keinginan atau harapan semata. Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan bahwa Sabenere berarti melakukan segala sesuatu dengan cara yang benar dan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Prinsip ini mengajak individu untuk tidak terjebak dalam ilusi atau harapan yang tidak realistis.Â
Dengan memahami dan menerapkan prinsip Sabenere, seseorang akan lebih mampu menghadapi kenyataan hidup dengan bijaksana. Dalam konteks ajaran Ki Ageng, Sabenere menjadi panduan untuk menjalani hidup dengan jujur, adil, dan sesuai dengan kenyataan.
5. Â Sa-mesthine (semestinya)
Prinsip samesthine menekankan pentingnya bertindak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan. Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan bahwa Samesthine berarti melakukan segala sesuatu berdasarkan pada apa yang seharusnya dan tidak melanggar prinsip moral dan etika.