Ki Ageng Suryomentaram juga menekankan pentingnya keselarasan antara manusia dengan dunia sekitarnya. Ia percaya bahwa manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya; oleh karena itu, hubungan harmonis antara individu dan komunitas sangat penting untuk mencapai kehidupan yang bahagia. Ajaran-ajarannya memberikan panduan bagi banyak orang dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari.
   Sebagai seorang mistikus Jawa yang unik, Ki Ageng Suryomentaram berhasil menyatukan ajaran nenek moyangnya dengan nilai-nilai Islam tanpa kehilangan identitas budayanya. Ia menolak Arabisasi agama dan lebih memilih untuk menemukan kesamaan antara ajaran Islam dengan nilai-nilai lokal yang telah ada sebelumnya. Pendekatannya ini membuat ajarannya diterima luas oleh masyarakat Jawa.
   Warisan Ki Ageng Suryomentaram bukan hanya terletak pada ajarannya tentang kebahagiaan tetapi juga pada semangat nasionalisme yang ia tanamkan dalam perjuangannya melawan penjajahan. Ia menjadi teladan bagi generasi berikutnya tentang bagaimana seorang pemimpin dapat tetap dekat dengan rakyatnya meskipun berasal dari latar belakang bangsawan.
   Dengan segala kontribusinya terhadap masyarakat dan bangsa Indonesia, Ki Ageng Suryomentaram terus dikenang sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah spiritual dan budaya Indonesia. Ajaran-ajarannya tentang kebahagiaan, pemahaman diri, serta hubungan harmonis dengan lingkungan tetap relevan hingga kini, menjadikannya sosok inspiratif bagi banyak orang dalam pencarian makna hidup mereka sendiri.
   Dalam konteks modern saat ini, banyak orang masih merujuk pada ajaran Ki Ageng Suryomentaram sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Konsep-konsep seperti keseimbangan antara kebutuhan material dan spiritual serta pentingnya kesadaran diri menjadi semakin relevan di tengah tantangan globalisasi dan modernisasi yang sering kali membuat individu merasa terasing dari diri mereka sendiri.
Mengolah Diri dan Batin Pada Prinsip 6 "SA" Versi Ki Ageng Suryomentaram
1. Â Sa-butuhne (sebutuhnya)
Prinsip Sabutuhne mengajarkan individu untuk memenuhi kebutuhan mereka dengan cara yang bijaksana dan proporsional. Ki Ageng Suryomentaram menekankan bahwa setiap orang harus mampu membedakan antara kebutuhan dasar dan keinginan yang bersifat konsumtif. Kebutuhan adalah hal-hal mendasar yang diperlukan untuk kelangsungan hidup, seperti makanan, tempat tinggal, dan kesehatan.Â
Sementara itu, keinginan sering kali bersifat sementara dan tidak esensial. Dengan memahami perbedaan ini, individu dapat lebih fokus pada apa yang benar-benar penting dalam hidup mereka.
2. Â Sa-perlune (seperlunya)
Prinsip saperlune menekankan pentingnya bertindak sesuai kebutuhan, tidak berlebihan, dan menghindari sikap serakah. Ki Ageng Suryomentaram mengajarkan bahwa Saperlune berarti melakukan sesuatu hanya sebatas yang diperlukan. Ini mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari konsumsi barang hingga cara kita berinteraksi dengan orang lain.Â