Mohon tunggu...
Devi Indriani
Devi Indriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa uts

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hukum Jual Beli dalam Agama Islam

11 Juni 2023   20:12 Diperbarui: 11 Juni 2023   20:20 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Disusun oleh:

Tri Ermayanti

Devi Indriani

Dr.Muammar Khadafie,MPdI

A. Pengertian Jual Beli

Jual beli pada istilah fikih diklaim dengan al'bai yg berarti menjual, mengubah, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yg lain. Lafal al-bai pada bahasa arab terkadang dipergunakan buat pengertian lawannya, yakni istilah asyi-syira' (beli). dengan istilah lain al-bai berarti jual namun sekaligus jua berarti beli. Jual beli berdasarkan bahasa ialah pertukaran atau saling menukar. Sedangkan berdasarkan pengertian fikih, jual beli artinya menukar suatu barang menggunakan barang yg lain menggunakan rukun dan syarat tertentu.

Jual beli pula bisa diartikan menukar uang dengan barang yg diinginkan sinkron dengan rukun serta kondisi eksklusif. setelah jual beli dilakukan secara sah, barang yg dijual menjadi milik pembeli sedangkan uang yg dibayarkan pembeli menjadi pengganti harga barang, sebagai milik penjual. Secara etimologi, jual beli adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yg lain). istilah lain dari jual beli merupakan al-ba'i, asy-syira', almubadah, dan at-tijarah. menurut terminologi, para ulama tidak sinkron pendapat dalam mendefinisikannya, antara lain:

1. berdasarkan ulama Hanafiyah: Jual beli adalah "pertukaran harta (benda) menggunakan harta berdasarkan cara khusus (yg dibolehkan)."

2. berdasarkan Imam Nawawi pada Al-Majmu': Jual beli adalah "pertukaran harta menggunakan harta buat kepemilikan."

3. dari Ibnu Qudamah dalam buku Al-Mugni: Jual beli artinya "pertukaran harta menggunakan harta, buat saling berakibat milik." Pengertian lainnya jual beli merupakan persetujuan saling mengikat antara penjual (yakni pihak yang menyerahkan/menjual barang) serta pembeli (sebagai pihak yg membayar/membeli barang yg dijual).

Akad bai' ini dapat pada buat menjadi sarana buat mempunyai barang atau manfaat dari sebuah barang buat selama-lamanya.

B. Dasar aturan Jual Beli

Jual beli sudah terdapat semenjak dulu, meskipun bentuknya tidak selaras. Jual beli juga dibenarkan serta berlaku semenjak zaman Rasulullah Muhammad SAW hingga sekarang. Jual beli mengalami perkembangan seiring pemikiran serta pemenuhan kebutuhan insan. Jual beli yang terdapat pada warga pada antaranya adalah:

1. Jual beli barter (tukar menukar barang menggunakan barang).

2. Money charger (pertukaran mata uang).

tiga. Jual beli kontan (eksklusif dibayar tunai).

4. Jual beli dengan cara mengangsur (kredit).

Jual beli dengan cara lelang (ditawarkan pada warga umum buat menerima harga tertinggi).aneka macam macam bentuk jual beli tadi harus dilakukan sinkron aturan jual beli dalam agama Islam. hukum berasal jual beli artinya mubah (boleh). Allah SWT sudah menghalalkan praktik jual beli sesuai ketentuan dan syariat-Nya. pada Surah al-Baqarah ayat 275 Allah SWT berfirman:... ...artinya:"... dan Allah sudah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..." (Q.S. al-Baqarah: 275).

Riba' merupakan haram serta jual beli ialah halal. Jadi tidak seluruh akad jual beli artinya haram sebagaimana yang disangka oleh sebagian orang berdasarkan ayat ini. Jual beli yg dilakukan tidak boleh bertentangan dengan syariat agama Islam. Prinsip jual beli pada Islam, tidak boleh merugikan keliru satu pihak, baik penjual ataupun pembeli. Jual beli harus dilakukan atas dasar suka sama senang, bukan sebab paksaan. Hal ini dijelaskan oleh Allah pada surat an-Nisa' ayat 29: artinya:"Hai orang-orang yang beriman, janganlah engkau saling memakan harta sesamamu dengan jalan yg batil, kecuali menggunakan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka pada antara kamu. serta janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah artinya Maha Penyayang kepadamu." (QS. An-Nisa: 29)

pada sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda "sesungguhnya jual beli itu didasarkan atas saling meridai." (H.R. Ibnu Maajah).

aturan jual beli ada 4 macam, yaitu:

1. Mubah (boleh), ialah aturan berasal jual beli.

dua. harus, apabila menjual ialah keharusan, contohnya menjual barang buat membayar hutang.

tiga. Sunah, contohnya menjual barang kepada sahabat atau orang yg sangat memerlukan barang yang dijual.

4. Haram, misalnya menjual barang yang dihentikan buat diperjualbelikan. Menjual barang buat maksiat, jual beli buat menyakiti seorang, jual beli buat merusak harga pasar, dan jual beli dengan tujuan Mengganggu ketenteraman warga .

C. Rukun Jual Beli

pada menetapkan rukun jail beli, di antara para ulama terjadi perbedaan pendapat, menurut ulama Hanafiah rukun jual beli artinya ijab dan kabul yang membagikan pertukaran barang secara rida, baik dengan ucapan maupun perbuatan. akan tetapi sebab unsur kerelaan itu ialah unsur hati yg sulit untuk diindra sehingga tidak kelihatan, maka diperlukan tanda yg memberikan kerelaan ke 2 belah pihak. Adapun rukun jual beli menurut jumhur ulama terdapat empat, yaitu:

1. terdapat orang yg berakad atau al-muta'aqidain (penjual serta pembeli).

dua. ada Shighat (lafal ijab dan qabul).

tiga. ada barang yg dibeli.

4. ada nilai tukar pengganti barang.

dari ulama Hanafiyah, orang yang berakad barang yang dibeli, serta nilai tukar barang termasuk ke dalam kondisi-kondisi jual beli, bukan rukun jual beli. Jual beli dinyatakan legal apabila memenuhi rukun serta kondisi jual beli. Rukun jual beli berarti sesuatu yg wajib terdapat pada jual beli. jika galat satu rukun jual beli tidak terpenuhi, maka jual beli tidak bisa dilakukan.

Ijab ialah perkataan penjual dalam memperlihatkan barang dagangan, misalnya: "aku jual barang ini seharga Rp5.000,00". Sedangkan kabul adalah perkataan pembeli pada menerima jual beli, misalnya: "aku beli barang itu seharga Rp5.000,00". Imam Nawawi berpendapat, bahwa ijab serta kabul tidak wajib diucapkan, namun berdasarkan norma kebiasaan yg telah berlaku. Hal ini sangat sesuai dengan transaksi jual beli yang terjadi saat ini pada pasar swalayan. Pembeli cukup merogoh barang yg diharapkan kemudian dibawa ke kasir buat dibayar.

D. kondisi Jual Beli

Jual beli dikatakan legal, apabila memenuhi syarat-syarat yg dipengaruhi. Persyaratan itu buat menghindari timbulnya perselisihan antara penjual dan pembeli akibat adanya kecurangan pada jual beli. Bentuk kecurangan pada jual beli misalnya dengan mengurangi timbangan, mencampur barang yang berkualitas baik dengan barang yg berkualitas lebih rendah lalu dijual dengan harga barang yg berkualitas baik. Rasulullah Muhammad SAW melarang jual beli yg mengandung unsur tipuan. oleh karena itu seseorang pedagang dituntut untuk berlaku amanah dalam menjual dagangannya. Adapun kondisi legal jual beli merupakan menjadi berikut:

1. kondisi orang yg berakad

* Berakal.

* yg melakukan akad itu adalah orang yg tidak sama, tak sekaligus sebagai penjual atau pembeli.

dua. kondisi-kondisi yang berkaitan dengan ijab dan kabul

* Orang yang mengucapkannya sudah balig serta berakal.

* Kabul sinkron menggunakan ijab.

* Ijab dan kabul dilakukan dalam satu majelis.

tiga. kondisi barang yg diperjual belikan

* Barang yang dijual ada atau tidak terdapat di daerah, namun pihak penjual menyatakan kesanggupan buat mengadakan barang itu.

* Barang yang di jual mempunyai manfaat.

* Barang yang dijual adalah milik penjual atau milik orang lain yang dipercayakan kepadanya buat dijual.

* Barang yg dijual bisa diserahterimakan sehingga tidak terjadi penipuan dalam jual beli.

* Barang yang dijual dapat diketahui dengan jelas baik ukuran, bentuk, sifat serta bentuknya oleh penjual serta pembeli.

4. syarat legal nilai tukar (harga barang)

Termasuk unsur terpenting pada jual beli merupakan nilai tukar dari barang yang pada jual (buat zaman kini merupakan uang). Ijab artinya pernyataan penjual barang sedangkan Kabul adalah perkataan pembeli barang. dengan demikian, ijab kabul merupakan konvensi antara penjual serta pembeli atas dasar suka sama senang. Ijab serta kabul dikatakan sah jika memenuhi kondisi menjadi berikut:

* Kabul wajib sesuai dengan ijab.

* ada kesepakatan antara ijab menggunakan kabul di barang yang dipengaruhi mengenai ukuran dan harganya.

* Akad tidak dikaitkan dengan sesuatu yang tidak terdapat hubungannya menggunakan akad, contohnya: "kitab ini akan aku jual kepadamu Rp10.000,00 Bila aku menemukan uang".

* Akad tidak boleh berselang lama , karena hal itu masih berupa janji.

E. Bentuk-bentuk Jual Beli

Ulama Hanafiyah membagi jual beli berasal segi sah atau tidaknya sebagai tiga bentuk, yaitu:

1. Jual beli yg benar

Dikatakan sahih apabila jual beli ini disyariatkan, memenuhi rukun dan kondisi yg dipengaruhi, bukan milik orang lain, tidak tergantung pada hak khiyar lagi. Jual beli yang diperbolehkan pada Islam merupakan:

* sudah memenuhi rukun dan kondisi dalam jual beli.

* Jenis barang yg dijual halal.

* Jenis barangnya suci.

* Barang yg dijual mempunyai manfaat.

* Atas dasar suka sama senang bukan sebab paksaan.

* Saling menguntungkan.

dua. Jual beli yang batal

Dikatakan batal apabila salah satu rukun atau sepenuhnya tidak terpenuhi. Atau jual beli itu di dasar da n sifatnya tidak pada syariatkan, seperti jual beli yg dilakukan anak-anak, orang gila, atau barang yg di jual itu artinya barang-barang yang diharamkan syara', seperti babi, bangkai, dan khamer. Adapun bentuk-bentuk jual beli yang terlarang pada kepercayaan Islam karena merugikan rakyat di antaranya menjadi berikut:

a. Jual beli sesuatu yg tidak ada

Para ulama fikih sepakan menyatakan jual beli ini tidak sah/batil. misalnya, memperjual belikan butir-buahan yg putiknya pun belum muncul dipohonnya atau anak sapi yg belum ada sekalipun diperut ibunya sudah terdapat. Hal ini sejalan menggunakan sabda Rasulullah SAW, yg diriwayatkan sang al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ahmad Ibnu Hambal, An-Nasai, serta At-Tirmidzi.

akan tetapi, Ibnu Qayyim al-Zauziyyah (691-751 H/1292-1350 M), pakar fikih Hanbali, mengatakan bahwa jualbeli yg barangnya tidak terdapat saat berlangsungnya akad, namun diyakini akan terdapat di masa yang akan tiba sinkron dengan kebiasaannya, boleh diperjualbelikan dan hukumnya sah, alasannya karena tidak dijumpai di dalam al-Quran dan AS-Sunnah embargo terhadap jual beli mirip ini. yang ada dan dilarang dalam sunnah Rasulullah SAW., menurutnya ialah jual beli tipuan (ba'I al-gharar). Memperjual belikan sesuatu yg diyakini terdapat di masa yg akan tiba, menurutnya tidak termasuk jual beli tipuan.

mirip menjual barang yg hilang atau burung piaraan yang tanggal serta terbang di udara. jual beli barang curian. sebab adalah Hadis yg diriwayatkan Ahmad ibn Hambal, Muslim, Abu Daud, dan At-Tirmidzi sebagai berikut: jangan engkau membeli ikan di dalam air, karena jual beli mirip ini artinya jual beli tipuan.

c. Jual beli yg mengandung unsur penipuan

yg di lahirnya baik tetapi dibalik itu ada unsur-unsur tipuan, sebagaimana ada dalam sabda Rasulullah SAW perihal memperjual belikan ikan yg masih terdapat di dalam air di atas.

d. Jual beli benda-benda najis

seperti khamer, babi, serta darah, sebab seluruh itu pada pandangan Islam merupakan najis serta tidak mengandung makna harta.

e. Jual beli al-arbun

Jual beli yang bentuknya dilakukan melalui perjanjian, pembeli membeli sebuah barang dan uangnya seharga barang diserahkan kepada penjual, dengan kondisi jika pembeli tertarik dan putusan bulat maka jual beli sah tetapi Bila pembeli tidak setuju, dan barang dikembalikan maka uang sudah diberikan kepada penjual sebagai hibah bagi penjual.

f. Memperjual belikan sesuatu yang tidak boleh dimiliki seorang

seperti air sungai, air danau, serta air laut. karena air yg tidak dimiliki seorang merupakan hak beserta umat manusia, serta tak boleh diperjual belikan.

tiga. Jual beli yang fasid

Ulama Hanafiyah yang membedakan jual beli fasid dengan jual beli yang batal. bila kerusakan pada jual beli itu terkait dengan barang yang dijual belikan, maka hukumnya batal. seperti memperjual belikan benda-benda yg haram (khamar, babi, serta darah). jika kerusakan pada jual beli itu menyangkut harga barang dan boleh diperbaiki, maka jual beli itu pada namakan fasid.

F. Khiyar

Khiyar pada bahasa arab berarti pilihan, pembahasan khiyar dikemukakan para ulama fikih pada persoalan yg menyangkut transaksi pada bidang perdata khususnya transaksi ekonomi menjadi galat satu hak bagi kedua belah pihak yang melakukan transaksi (akad) saat terjadi beberapa persoalan pada transaksi yang dimaksud.

dalam jual beli tak jarang terjadi penyesalan pada antara penjual dan pembeli. Penyesalan ini terjadi sebab kurang hati-hati, tergesa-gesa atau karena lainnya. buat menghindari penyesalan pada jual beli, maka Islam memberikan jalan menggunakan khiyar. Khiyar merupakan hak buat meneruskan jual beli atau membatalkannya. Maksudnya, baik penjual atau pembeli mempunyai kesempatan buat mengambil keputusan apakah meneruskan jual beli atau membatalkannya dalam saat eksklusif atau sebab karena tertentu. Khiyar dalam jual beli terdapat tiga macam yaitu:

1. Khiyar majlis

Khiyar majlis artinya hak bagi penjual dan pembeli yang melakukan akad jual beli buat membatalkan atau meneruskan akad jual beli selama mereka masih belum berpisah asal tempat akad. jika keduanya sudah berpisah dari satu majlis, maka hilanglah hak khiyar majlis ini.

2. Khiyar syarat

Khiyar kondisi ialah suatu keadaan yg membolehkan galat seorang atau masing-masing orang yang melakukan akad buat membatalkan atau memutuskan jual belinya selesainya mempertimbangkan pada 1, dua, atau 3 hari. sehabis saat yg dipengaruhi datang, maka jual beli wajib segera ditegaskan buat dilanjutkan atau dibatalkan. ketika khiyar syarat selama 3 hari tiga malam terhitung saat akad.

tiga. Khiyar 'aibi

Khiyar 'aibi merupakan hak buat menentukan meneruskan atau membatalkan jual beli sebab terdapat stigma atau kerusakan pada barang yg tidak kelihatan pada saat ijab kabul. pada masa kini , buat menyampaikan pelayanan yang memuaskan pada pembeli, para penghasil serta penjual barang umumnya menyampaikan agunan produk atau garansi. hadiah garansi jua dimaksudkan buat menghindari adanya kekecewaan pembeli terhadap barang yg dibelinya.

Khiyar diperbolehkan sang Rasulullah Muhammad SAW sebab memiliki manfaat. Diantara manfaat khiyar ialah untuk menghindari adanya rasa tidak puas terhadap barang yang dibeli, menghindari penipuan, serta buat membina ukhuwah antara penjual dan pembeli. dengan adanya khiyar, penjual serta pembeli merasa puas.

G. Prinsip Jual Beli dalam Islam

Jual beli dalam syariat Islam memiliki arti "pertukaran suatu barang yg

memiliki nilai dengan barang yang mempunyai nilai lainnya atas kesepakatan beserta."

Melihat pengertian jual beli dalam Islam ini, syarat jual beli dalam islam pada

biasanya relatif sederhana. berikut ini beberapa ketentuan penting yg harus ada

dalam rukun dan syarat jual beli dalam Islam:

a. Pihak penjual serta pembeli yang bertransaksi

b. Barang atau jasa yang akan diperjualbelikan

c. Harga yg bisa diukur menggunakan nilai uang atau barang lainnya

d. Serah terima

semua rukun pada atas harus terpenuhi, Jika keliru satu tidak terpenuhi, maka jual

beli tidak dapat dilakukan serta tidak sah. Sama halnya mirip rukun jual beli, syarat

jual beli pula wajib diterapkan agar barang tersebut menjadi sah. Berikut adalah kondisi

kondisi yg wajib dipenuhi dalam jual beli:

1. konvensi beserta

 Suatu tindakan jual beli sah dengan syarat wajib terdapat kesepakatan bersama. Hal ini berdasarkan surat An-Nisa ayat 29 yang berarti:

(Wahai orang-orang yg beriman! Janganlah engkau saling memakan harta

sesamamu menggunakan jalan yang batil (tidak sahih), kecuali dalam perdagangan yg

berlaku atas dasar suka sama senang di antara engkau . serta janganlah engkau membunuh

dirimu. sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu) {QS: An-Nisa Ayat 29}

2. memakai nalar Sehat

Transaksi jual beli pada Islam wajib dilakukan sang 2 pihak yg sehat

secara logika serta melihat konteks transaksi. model kasus yg bisa dikatakan tidak legal sesuai aspek logika sehat ialah waktu pihak penjual merupakan seorang anak kecil yang berlaku di luar kuasanya. Jika anak kecil ini datang-datang menjual kendaraan beroda empat

ayahnya tanpa sepengetahuan, maka jual beli tidak sah.

Beda ceritanya menggunakan model lain ketika ada seorang anak kecil yang

menjaga toko milik orangtuanya. tak terdapat salahnya Jika anak mungil tadi menjual

barang dagangannya di Anda.

pulang lagi pada kasus transaksi jual beli menggunakan mesin. Bagaimana kita

bisa mengukur aspek logika sehat dalam pertukaran demikian saat kita melakukan

transaksi menggunakan mesin? Jawabannya adalah kita jangan melihat mesin tersebut

menjadi pihak penjual. Pihak penjual pada model ini artinya perusahaan yang

menggunakan mesin itu sebagai metode pembayaran. Jual beli tadi tetaplah legal.

3. Barang yang Diperjualbelikan wajib milik oleh Penjual

Poin ini melarang jual beli dimana seseorang penjual menjanjikan barang yg

sebenarnya tidak dimilikinya. misalnya ada dua orang yg sedang mengobrol, sebut si Nabila dan Rezka. Nabila ingin membeli kendaraan beroda empat berasal sahabat Rezka, sebut saja si Saifullah. kemudian Rezka menjanjikan bahwa beliau bisa membantu Nabila membeli mobil milik Saefullah. Akhirnya Nabila serta Rezka melakukan ijab kabul. Selanjutnya Rezkamembeli kendaraan beroda empat Saefullah dan menjualnya pada Nabila. Transaksi ini tidak legal dalam Islam sebab Rezka sebenarnya belum mempunyai kendaraan beroda empat tadi ketika mereka melakukan serah terima.

4. Harga serta Jenis Barang wajib Diketahui

isu harga asal barang atau jasa yang dijual harus disampaikan dan

diketahui sang pihak pembeli baik itu menggunakan cara diperlihatkan atau melalui

penjelasan. info perihal syarat barang dapat diketahui melalui cara dilihat

pribadi atau melalui deskripsi serta audio-visual. Pembeli permanen bisa menolak

transaksi Jika barang yg dilihatnya ternyata tidak sinkron dengan kenyataannya.

H. Jual Beli yang Terlarang dalam Islam Jual beli bisa tidak boleh dalam kepercayaan Bila dapat merugikan atau melanggar rukun dan ketentuan yang sudah ditetapkan. Bahkan Jika permanen Anda laksanakan maka mampu mengakibatkan keharaman pada hasilnya. oleh karena itu supaya dapat menghindarinya. Allah SWT berfirman:

(Wahai orang-orang yg beriman! Janganlah engkau saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang

berlaku atas dasar senang sama suka pada antara engkau . dan janganlah kamu membunuh dirimu. sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu) {QS ; An-Nisa Ayat 29} Adapun transaksi bisa tidak boleh sebab beberapa hal contohnya haram zatnya,

haram selain zatnya, serta tidak lengkap akadnya yaitu saat rukun dan syaratnya terdapat kekurangan.

Berikut sedikit contoh asal penyebab jual beli terlarang.

1. Riba

aktivitas ini diartikan sebagai pengambilan kelebihan ketika melakukan

transaksi jual beli dengan tata cata tertentu contohnya pembayaran menggunakan system

mencicil. pada era modern riba bisa disebut menggunakan bunga atau persenan.

2. Gharar

dari berasal istilah Arab yaitu al-khathir yg artinya pertaruhan. Lebih

lengkapnya gharar yaitu transaksi yang mengandung ketidakjelasan. Hal tersebut

berlaku baik dari pihak pembeli maupun penjual sebagai akibatnya peluang besar terjadi

penipuan atau kerugian

3. Maisir Unsur

ialah bentuk permainan yang mengandung unsur taruhan dengan

disepakati bahwa pemenang akan menerima hasilnya secara keseluruhan atau

sesuai hukum.

4. Tadlis

Tadlis bisa terjadi waktu keliru satu pihak yg daerahnya sesuatu yang

berkaitan menggunakan transaksi tersebut asal pihak lain sehingga menyebabkan laba langsung.

5. Ghabn

Ghabn ialah penjual meningkatkan harga di atas homogen-rata pasar yg tidak

diketahui oleh pembeli. porto biaya tidak terlalu jauh dan lebih tinggi. umumnya

terjadi saat adanya kelangkaan serta tentunya membentuk syarat semakin sulit

6. Ba'I Najasy

aktivitas ini dilakukan dengan cara memanipulasi menggunakan membangun

penawaran palsu untuk menaikkan omset penjualan. Ba'i Najasy termasuk pada

kategori penipuan sehingga tidak dihentikan karena merugikan pihak pembeli.

I. Riba

Riba merupakan suatu aktivitas pengambilan nilai tambah yang memberatkan asal sebuah akad perekonomian, seperti jual beli maupun utang piutang. Riba jua merujuk di kelebihan asal jumlah uang utama yang dipinjamkan oleh pemberi pinjaman ke orang yang meminjam. dalam pengertian bahasa, riba memiliki arti tambahan atau dalam bahasa Arab diklaim menjadi azziyadah. Tambahan yang dimaksud pada pengertian riba adalah perjuangan haram yg merugikan keliru satu pihak dalam proses transaksi. pada zaman kini riba mampu dikatakan menjadi bunga hutang. pada konteks islam riba dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Riba fadhl

Jenis riba ini terjadi tatkala terjadi kegiatan jual beli atau pertukaran barang-

barang ribawi tetapi menggunakan kadar atau takaran yang tidak selaras. model kasusnya saatmenjelang hari raya idul fitri banyak orang yang menawarkan menukar pecahan uang sebesar 100 ribu dengan pecahan 2 ribu namun jumlahnya hanya 48 lembar, sehingga total uang yang diberikan hanya 96 ribu.

dua. Riba yad

Riba yad terjadi waktu proses transaksi tidak menegaskan berapa nominal

harga pembayaran. Jadi, saat proses tersebut, tidak terdapat konvensi sebelum serah terima. contoh kasusnya, terdapat orang yg menjual motor dan menawarkan barang seharga 12 juta Jika dibayar tunai, namun Jika dicicil menjadi 15 juta.

tiga. Riba nasi'ah

Riba nasi'ah terjadi tatkala ada proses jual-beli menggunakan tempo eksklusif.

Transaksi tadi dilakukan dengan dua jenis barang ribawi yg sama namun

dengan penangguhan penyerahan atau pembayaran. contoh lainnya, misal ada 2

orang Nabila serta Rezka yg ingin bertukar emas 24 zat oksidasi. Nabila telah memberikanemas pada Rezka. namun Rezka mengatakan baru akan menyerahkannya sebulan lagi bisa disimpulkan bahwa Riba menyampaikan akibat negatif bagi akhlak dan jiwa pelakunya. Bila diperhatikan, maka kita akan menemukan bahwa mereka yg berinteraksi dengan riba ialah individu yang secara alami memiliki sifat kikir, dada yang sempit, berhati keras, menyembah harta, tamak akan kemewahan global dan sifat-sifat hina lainnya. Riba ialah akhlak kaum jahiliyah. Barang siapa yang melakukannya, maka sungguh dia telah menyamakan dirinya dengan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun