"Sekarang ceritakan padaku apa yang hendak kau ceritakan!"
Kudengar Agnola menghembuskan napas berat, seberat beban pikirannya saat ini-mungkin-pikirku.
"Nonna tidak suka pada Julio, Lana! Nonna bilang, kalau Julio bukanlah lelaki yang pantas untukku, the only man who deserve me is the man who already chosen by Nonna, Lana! Aku tidak akan mau kalau tidak dengan Julio, Lana!" Agnola menghembuskan napas beratnya kembali. "So, what should I do now? I have no idea, Lana!"
Kupandangi wajah Agnola yang terlihat sangat jelas ada perasaan marah dan sedih bercampur menjadi satu di sana.
"Well... if you really love him, show to Nonna, tell her that only Julio-the only man who deserve to be the part in your life, hanya Julio-lah yang kau cintai, and that's only him can make you happy."
"Okay, aku akan mencoba. But, Lana, you know your Nonna so well. Kalau sudah pada pilihannya dan keputusannya, sulit untuk Nonna merubahnya."
Aku terdiam sejenak. Aku baru ingat akan sifat nenek yang keras kepala seperti itu. Bagaimana nanti saat kuperkenalkan dirinya pada nenek? Bagaimana kalau nanti nenek tidak suka denganya? Bagaimana kalau nenek ternyata juga sudah mempunyai pilihan hatinya sendiri dan sudah dirundingkan dengan mama? Bagaimana jika....
"Lana!"
Aku tersentak demi mendengar Agnola berteriak tepat ditelingaku. "What?"
Ah! Semoga saja apa yang sudah kupikirkan tidak akan terjadi.
"Mengapa kau jadi diam seperti itu?"