Nenek melengos, aku tahu nenek akan bersikap seperti itu.
"Nonna... you wanna see me happy, right? You wanna see me happy with someone, right? But my happiness is Kevin only, Nonna. Kumohon pada Nonna untuk tidak keras kepala untuk sekali ini saja!"
Lagi-lagi nenek hanya diam tidak menanggapi perkataanku. Ya Tuhan, betapa keras kepalanya nenek yang terus mengacuhkanku seperti itu.
Kevin meraih lenganku lalu berbisik, "Sudahlah, Lana!"
Kedua aliku bertaut heran menatap dirinya. "Kevin? Apa kau akan membiarkannya begitu saja? Apa kau menginginkan hubungan kita memang harus diakhiri begitu saja hanya karena nenek?"
"Tapi, Lana--"
Kuhempaskan genggamannya dan berlalu dari hadapannya serta Nonna yang masih mengalihkan wajahnya.
"Lana!" panggil Kevin, tapi kuhiraukan panggilannya itu, aku terus berjalan dengan cepat sampai pada akhirnya Kevin dapat meraih lenganku kembali. "Lana, wait a second! Lana, look! Lana, mau sekeras apa pun kau berusaha, nenek tetap akan keras kepala, kau sudah tahu akan hal itu!"
"Bagaimana aku bisa diam saja, Kevin? Aku tidak akan sanggup jika aku harus menikahi lelaki pilihan Nonna!"
"Aku tahu, Lana, aku tahu! Tapi tidak seperti itu caranya menghadapi nenekmu yang keras kepala!"
"Lalu bagaimana, Kevin? Bagaimana?"