"So...," nenek menatap Kevin penuh arti, "when will you marry her?"
Dan... seketika mataku terbelalak lebar demi mendengar pertanyaannya. Kevin justru hanya tertawa kecil mendapat pertanyaan seperti itu dari nenek.
"As soon as possible, Nonna Pietra." Kevin menyeringai kecil, dan saat itu pula nenek membalas tersenyum, dan lalu mereka berpelukan.
Aku hanya bisa mematung di tempat melihat nenek dan Kevin yang langsung begitu akrab, layaknya seorang nenek dan cucu. My, God!
Jadi, pada intinya nenek sudah mulai menyukai Kevin? Atau lebih tepatnya... menerima Kevin?
Astaga... syukurlah kalau begitu, aku tidak perlu lagi lelah berpikir bagaimana nasibku jika memang benar Kevin tidak diterima nenek. Lebih baik aku menjadi perawan tua daripada harus hidup dengan lelaki pilihan nenek yang tidak kucintai.
"Mengapa kau diam saja, Lana?"
"Ah?"
Kevin menghentikan langkahnya lalu memutar tubuhnya hingga kami tepat berhadapan. Kedua lengannya melingkari tubuhku. "Apa kau senang sekarang?" bisiknya--suara lembutnya menggelitik telingaku.
"Tentu saja! Bagaimana tidak? Nenek menerima kehadiranmu, dan itu sungguh amat sangat membuatku senang setengah mati, Kevin!"
"Oh, ya?" Kevin menarik senyum.