"Sudahlah, hal itu nanti saja dibicarakan lagi. Lebih baik sekarang kau tenangkan pikiranmu dulu, setelah itu baru nanti kita bicarakan," katanya seraya menarik tubuhku ke dalam pelukannya.
"Corrado?" gumamku pelan saat melihat sosok lelaki yang berdiri di ambang pintu rumah nenek. Mengapa lelaki itu bisa ada di sana? Mengapa... atau jangan-jangan... Oh, God! Jangan biarkan hal itu sampai terjadi!
"Ada apa, Lana?" tanya Kevin-sepertinya ia mendengar gumamanku.
"Tidak, tidak ada apa-apa."
♣♣♣
Dan setiap malam harinya aku lebih menghabiskan waktuku di kamar nenek hanya untuk terus memohon kepadanya agar nenek merubah pikirannya itu. Aku bisa gila kalau harus terus menerus mengikuti kemauannya.
Tanggapannya selalu sama, nenek selalu diam seribu bahasa jika aku sedang berbicara padanya. Wajahnya selalu dialihkan, enggan untuk melihatku. Sungguh, betapa sulit dan sangat keras kepala sekali nenek.
Ketika sudah merasa cukup berbicara banyak tanpa adanya tanggapan dari nenek, aku pun meninggalkan kamarnya, dan saat itu aku selalu mendapatkan Kevin bersandar di dinding, dan lalu segera bertanya, "Bagaimana, Lana?" tanyanya penuh harap.
Aku hanya membalasnya dengan menggelengkan kepala.
Kevin menghembuskan napas kecil. "Kau sudah cukup berusaha akhir-akhir ini, Lana. Kalau memang itu tidak dapat membuat nenekmu merubah pikirannya--"
"Aku akan tetap berusaha!" selaku cepat sebelum Kevin melanjutkan kata-katanya.