Sempat kudengar ia memanggil namaku, tapi kuhiraukan panggilannya itu dengan melambaikan tangan tanpa membalikkan tubuh.
Benar-benar lelaki Italiano sinting! Rutukku dalam hati. Bisa-bisanya bilang kalau dirinya jatuh cinta padaku? Perkenalan belum sampai sepuluh menit tapi ia sudah dengan percaya dirinya mengatakan ‘I fell in love with you'. Well, bukannya terdengar aneh, but sounds fucking disgusting!
"What's going on, Lana? Kau tampak aneh?" tanya Nenek Pietra.
Aku menarik senyum tipis. "Nothing, Nonna. Just getting tired," jawabku sembari berjalan kembali ke kamarku.
"Kapan temanmu akan tiba, Lana?" tanya nenek sebelum aku sempat memasuki kamarku.
"Domani-besok, Nonna," jawabku.
♣♣♣
"Lana, would you mind to accompany me to go outside? I feel messy right now! Please?" Agnola menatapku penuh harap. Wajahnya terlihat kacau, sekacau rambut panjang hitamnya yang berantakan.
"Come on, Lana! Please, please! I need someone to hear what I want to share about."
Aku menghela napas sejenak sebelum menjawab, "Okay," jawabku akhirnya.
Agnola tersenyum sumringah, ia langsung menarik lenganku. Ia mengajakku untuk duduk di atas batu besar tepi Laut Mediterania-salah satu batu tempat favoritnya untuk menyendiri.