"Nenek...," ia menggantung kalimatnya sejenak. Kuangkat satu alisku, mengisyaratkannya untuk melanjutkan perkataannya. "Nenek... entahlah, Lana. Saat kali pertamanya aku bertemu nenek, nenek terlihat tidak begitu bersahabat. Beliau berbicara cepat sekali dalam Bahasa Italia yang tidak dapat aku mengerti, dan berbicara dengan tatapan... meremeh--tidak suka. Sebelum bertanya siapa namaku, nenek sempat berkata...," lagi-lagi Kevin menggantung kalimatnya, dan ini cukup lama, membuatku jengah demi melihat raut wajahnya yang seperti itu.
"Apa? Apa yang sudah Nonna katakan, Kevin?"
"She said that... you look not deserve my Lana."
Dan... seketika mendengar ia berkata seperti itu membuat tenggorokanku tercekat cukup kuat hingga sulit untuk berkata-kata.
"Setelah berkata seperti itu, barulah nenek bertanya siapa namaku dan langsung berlalu begitu saja dari hadapanku... tanpa tersenyum sama sekali. Saat itu ada sepupumu Agnola yang melihat kejadian, lalu ia menghampiriku dan mengantarkanku ke kamarmu."
You look not deserve my Lana. Apakah benar nenek sudah berbicara seperti itu? Apakah Kevin tidak salah mendengar? Jadi... apa yang kutakutkan semalam itu benar-benar... terjadi? Nonna tidak tertarik pada Kevin? Dan... apakah itu artinya... Nonna sudah mempunyai pilihannya sendiri?
Astaga! Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?
"Kevin," panggilku parau, tak kuasa lagi aku menahan butiran air mata yang terus tertampung di pelupuk mata.
"Ssstt... everything's gonna be fine, okay?" Kevin menyapu air mataku dengan bibirnya, dan melabuhkannya lama di bibirku.
♣♣♣
"Nonna, please! What's the matter? You know that how much I love him, Nonna! Please, think about it!"