Mohon tunggu...
C.H.R.I.S.  (Paknethole)
C.H.R.I.S. (Paknethole) Mohon Tunggu... Bapakne cah-cah -

Kiranglangkungipun Nyuwun Agunging Samudra Pangaksami.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kecupan di Ujung Penantian (Selesai)

7 September 2012   11:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:48 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sambil berusaha sedikit menyeret Asti yang terus meronta, Bang Parta perlahan menyingkir.

“ Permisi, Tuan. Sekali lagi..maafkan dia..”

“ Beneran,...nggak papa kok,..Bang..”

“ Silahkan Tuan kembali jalan,..Sudah begitu malam,..Tuan tampak kelelahan juga..”

Aku hanya mengangguk pelan. Memang, aku lelah sekali. Beringsut..semakin lama sosok mereka perlahan menyingkir. Masih terdengar sayup suara penolakan Asti,..bersambut dengan hardik sang lelaki yang terlihat begitu keras namun ..sekali lagi..tak tersirat menyakiti. Kubiarkan bayangan dan sayup suara mereka itu hingga benar-benar tak terdengar, setelah bayangan mereka menghilang tertelan sebuah gang sempit di tepi jalan ini, juga remangnya malam.

Lunglai langkah kakiku kembali menuju kendaraanku. Kunyalakan mesin kembali, hari memang telah meliuk jauh malam. Parta benar, sebaiknya aku pulang. Hmm..Parta, ..dasar lelaki bodoh! Eh,..siapa? aku?..Parta? Hmmph! Dua-duanya, terjebak dalam perasaan tak berguna!

Hoaahmm! Aku benar-benar letih sekali. Segala-galanya. Harus segera tiba di rumah. Rumah yang pasti kini gulita karena tak ada lampu yang dinyalakan, sebab Anita tak ada lagi. Ah,..lengang pasti, seperti jalanan ini. Baguslah! Aku akan bebas kembali,... lalu menghempaskan diri dalam tidur yang panjang,..panjaang, hingga segalanya terlupakan.

***

Dan kini,..telah menginjak malam yang  ketiga sejak aku meniatkan hati untuk lari. Menjauh..pergi..terbang..sesuka hati..., membuang segala cerita yang secara nyata telah aku jalani selama hampir setahun ini. Enyahkan mimpi,..menghapus segala sisa bilur-bilur luka membekas pada tiap sudut rumah ini.

Merayakan kemenangan,..oh..tunggu, kemenangan atau kekalahan? Tidak! Aku harus yakinkan diri bahwa aku telah menang. Aku telah tunjukkan pada Anita, wanita angkuh itu, bahwa ia tak berarti lagi bagiku,..telah bersiap diri tentang datangnya waktu ini, saat dia akan pergi...dan pernikahan palsu ini diakhiri.

Pergilah Anita...sejauh-jauhnya, tak usah kembali lagi. Tak ada lagi cinta itu untukmu,...tak ada tersisa! Terkubur, terpendam,...tak akan pernah bersemi lagi meski hanya dalam mimpi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun