“ Nggak papa Bang. Kamu...., suaminya..?”
Parta hanya menggeleng perlahan.
“ Bukan,..baru ingin menjadi suaminya...”
Janggal. Aku pikir wanita ini istrinya, lalu dia mengandung anak siapa?
“ Nama-nama yang dia sebut tadi..siapa?”
“ Asti kebingunan, menganggap,..salah satu dari mereka harusnya tanggung jawab..”
“ Tapi,..banyak sekali? Dia hanya berkhayal..?”
“ Tidak, Tuan. Hemm...., dulu,...Asti itu memang seperti pelacur...”
Agak lirih suara Parta ketika perkataan terakhir. Agaknya ia sangat cekat untuk mengatakannya, sekaligus tersirat sebuah sikap,..itu bukan masalah lagi baginya.
“ Lalu kenapa..., kenapa..Abang...”
Hampir saja aku meluncurkan lagi sebuah tanya yang begitu deras terlintas,..namun tercegah seketika oleh debarku sendiri yang berperintah menghentikannya. Namun, meski tak tuntas kalimat tanyaku,..Bang Parta tampak mengerti,..tapi hanya berdiam diri. Mungkin memang berat untuk menjawab,...atau.., atau.., aku kira dia tak memiliki jawabannya.