You can take my breath away.”
“ Aduuuh,..lagu itu bikin aku malu saja,..ah..”
“ Ya, ampun, Mas. Belum tidur juga..?”
“ Belum...”
“ Biarin, ah, aku suka lagi ini kok. Udahlah,...tidur..tiduur..”
Hmm. Ya, sudahlah. Terus terang, aku juga memang selalu suka lagu itu. Nampaknya cocok untuk mengiringi lelapku. Hero?..ah,..I can be..., I can be.., demi kamu,..istriku.
Kembali selintas pandangku menerawang pada kaca jendela yang telah lama ia buka. Matahari telah semakin terang ternyata, langit di sana tampak begitu biru, jernih tanpa sebongkah awanpun yang menodainya. Kemarau ini memang begitu panjang, entah kapan akan turun hujan. Namun, yang penting saat ini aku bersyukur karena retak-retak tanah gersangku telah tersembuhkan oleh mencairnya mendung dan bongkahan salju, telah datang kesejukan yang sedari lama kurindukan itu. Penantian ini begitu panjang,...namun kecupan-kecupan itu meluruhkan kegersangan.
Dan akupun kini benar-benar ringan terlelap.
(SEKIAN)
.