"Baiklah, kita temui, Mama." Tuan Kecil mengiyakan, dan selalu menjadi anak manis dan penurut, untuk hal apapun menyangkut Ayah dan Bundanya.
Sengaja aku lewat belakang rumah, agar Tuan Kecil tidak melihat mobil Ayah Rudolph terparkir di depan halaman depan. "Lewat dapur?" Tanyanya bego.
Iya!
***
Aku membawa Tuan Kecil ke kamar mandi, membantunya membuka pakaian, lalu menyiapkan air hangat untuk dituangkan ke bath tube. "Sebentar lagi Ayah Rudolph pulang dan mencari kita."
"Ini masih sangat siang. Ayah Rudolph biasa pulang larut malan, Kafka."
"Tutup saja mulutmu, ikuti saja apa yang aku perintahkan!"
"Apa itu untuk kebaikanku, Broer?"
Aku mengangguk, dan jam dinding berdentang 4 kali, mengingatkan akan sesuatu. Bunda harus segera diantarkan obat. Kesehatan Bunda memang rikih, selalu butuh perawatan intensif. Begitu Mama bilang, bila sedang merawat Bunda, istri Ayah Gerrit Rudolph majikannya.
Tuan Kecil mau dibujuk tanpa rewel masuk ke bath tube, memainkan sabun beraroma Lavender yang semerbak. Ia menyukainya untuk membuat gelembung di tangannya yang mungil. "Kau mau menggosok punggungku, Kafka?"
Sesaat aku menengok ke daun pintu kamar mandi yang terbuka, tak mengindahkan apa yang dia bicarakan. Saat ini pikiranku terpusat pada kewajiban mengurus, "Bunda."