***
Apa yang kau tahu yang aku tidak tahu, Kafka? Sepertinya suara Tuan Kecil bermain di benakku. Dan aku jawab, aku tahu segala hal tentang Ayah Rudolph. Bayangan itu nyata, di depan mata ini, menyaksikan lelaki itu berdiri di tepi ranjang. Otot-otot punggung lelaki itu terbuka, lebih ke bawah hingga ke bagian paling pribadi.
Apa lagi?
Persisnya aku melihat ia dari berbagai sisi, sehingga dari sisi paling sedikitpun, aku bisa memastikan bahwa itu adalah dia! Tepat saat mengendap ke balik sisi celah jendela ruang kerjanya di lantai dua, dan ini kesekian kali aku menyaksikan tubuh lelaki telanjang itu berdiri, dengan sepasang kaki yang ia pegangi membelit pinggangnya, kaki yang kukenal itu, "Mama?!"
Demi menyaksikan semua, tanganku membekap mulut, menahan suara. Lalu berlari sebisa mungkin tanpa suara menuruni tangga menuju dapur ke kamar mandi, menemui Tuan Muda Kecil.
Aku terjatuh berlutut di sisi ambang pintu kamar Mandi, mengurut kening, pening! UGHH! Mungkin sengaja menjatuhkan diri, sekedar bagaimana menunjukan perasaan lewat prilaku.
"Kafka!" Jerit Tuan Kecil, beranjak telanjang dari bath tube. Air menciprat ke sekeliling dari tubuhnya, lalu ia berlutut mendekat ke sisiku, seraya menjulurkan tangan menyentuh keningku. Mungkin memeriksa, apakah aku demam. Bisa saja kan? "Kamu kenapa?"
Mata ini terbuka, menyongsong padangannya dekat dan sangat terlalu dekat terhadapku, itu menurutku. Sambil menenglengkan kepalanya miring mensejajarkan pandangan menatap ke kedalaman mataku, bertanya sekali lagi, "kamu tidak apa-apa?"
Seketika aku mendorong tubuhnya hingga ia terjangkang ke lantai kamar mandi.
"Hoi!" Tuan Muda kesal dan menatapku heran.
"Jangan sentuh aku!" Seperti Ayah Rudolph menyentuh Mama. Tiba-tiba tersadar perlakuanku sudah sangat buruk kepada Tuan Kecil. "Tuan muda, kau tidak apa-apa?"